Tahukah Anda, Inilah Awal Mula Perbudakan Cina Di Nusantara
RIAU24.COM - Peradaban Chinatown di Indonesia ditandai dengan migrasi besar-besaran etnis Tionghoa ke Nusantara. Mereka menjelma menjadi aktor penting penggerak roda perekonomian. Sederet raja Jawa telah mengakui karya mereka. Asumsi tersebut terus berlanjut hingga kini, bagaimana China dianggap sebagai negara 'sahabat' perdagangan Indonesia. Inilah kisah awal pengabdian Indonesia kepada Tiongkok dalam perdagangan.
Berdasarkan sejarah, pedagang Tionghoa telah datang ke wilayah pesisir Laut Tiongkok Selatan sejak tiga ratus tahun sebelum masehi.
Meski begitu, para pedagang Tionghoa tercatat baru berkunjung ke Nusantara pada abad ke-11. Kehadiran para pedagang Tionghoa di Indonesia menjadi salah satu pertanda pentingnya Laut Tiongkok Selatan sebagai jalur perdagangan. Negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, merupakan konsumen terbesar pasokan barang-barang Cina.
“Pakaian India dan Cina dibeli oleh elit yang lebih kaya karena warnanya yang cemerlang, pola yang indah, dan posisinya sebagai barang langka. Tapi penduduk lokal umumnya selalu memakai pakaian produksi lokal, ”kata Anthony Reid dalam buku Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Volume I: Negeri di Bawah Angin (2014).
Oleh karena itu, mereka yang awalnya hanya hidup sebentar, lama kelamaan mulai merasa nyaman tinggal di Negeri Zamrud Khatulistiwa. Mereka bahkan menetap dan menikah dengan warga sekitar. Kemudian orang Tionghoa memainkan peran yang sangat penting bagi kehidupan ekonomi dan sosial di pedalaman kerajaan Jawa.
Perdagangan Tionghoa memberikan sumber pendapatan tahunan yang besar bagi kerajaan Jawa hingga abad ke-17. Menurut sejarawan Peter Carey, ini menjadi bukti bahwa orang Tionghoa berhasil menguasai posisi kunci dalam perdagangan ekspor beras dan jati di Jawa.