Menu

Sudah Produksi Vaksin Covid-19 Sendiri, China Ternyata Akan Impor Vaksin dari Negara Lain Dalam Jumlah Besar, DPR RI: Aneh, Harus Didalami

Siswandi 18 Dec 2020, 10:40
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Pelaksana Harian (Plh) Ketua Fraksi PAN DPR RI, Saleh Partaonan, mengaku merasa aneh dengan sikap China. Pasalnya, negara itu sudah memproduksi vaksin Covid-19, yakni Sinovac. Vaksin ini bahkan sudah dibeli Indonesia dalam porsi besar. Namun demikian, China tetap akan membeli vaksin Pfizer-BioNtech produksi Amerika Serikat, yang kabarnya mencapai triliunan rupiah. 

Menurutnya, kabar ini perlu didalami. Sebab, hal itu bisa berdampak secara sosiologis di tengah masyarakat karena ada kesan bahwa vaksin produk China tidak dipakai negaranya sendiri. Sementara Indonesia telah mengimpor vaksin China tersebut dalam skala besar

"Kan agak aneh ya. Mereka punya vaksin sendiri, tapi beli ke tempat lain. Dari sisi keamanan dan keuangan, tentu itu kurang menguntungkan," kata Saleh Daulay.

Seperti diketahui, beberapa hari lalu China mengumumkan akan membeli 100 juta dosis vaksin Pfizer-BioNtech pada tahun depan. Pembelian tersebut mencapai Rp8,5 triliun.

Dilansir dari rmol dan viva, anggota Komisi IX DPR RI ini berpandangan bahwa pendalaman terhadap masalah ini harus dilakukan secara fair. Bisa saja, impor vaksin yang dilakukan China adalah juga bagian dari kerjasama akademik yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Menurutnya, tentu tidak begitu sulit untuk ditelusuri jika rekam jejak masing-masing produsen vaksin yang ada dapat diungkap.

"Kalau bentuknya kerjasama, ya bisa saja itu. Sama seperti kerjasama antara Biofarma dan Sinovac. Kita akan memproduksi sendiri vaksin merah putih. Namun, pada saat yang sama kita akan mengimpor vaksin dari China untuk kebutuhan nasional," tuturnya.

Menurutnya, impor vaksin dilakukan pemerintah mengingat jumlah dosis yang dibutuhkan sangat besar. Selain masih menunggu waktu yang agak lama, kapasitas produsen vaksin untuk memproduksi vaksin pun terbatas.

“Itu yang menjadi dasar pemerintah kita menjalin kerjasama dengan produsen vaksin dari berbagai negara," terangnya. 

"Dalam konteks seperti ini, menurut saya, kita tidak perlu terlalu curiga. Silakan saja ditelusuri lebih jauh kerja sama China tersebut. Harapannya, asumsi-asumsi negatif dapat dihindarkan. Pada akhirnya, tingkat kepercayaan pada vaksin produksi China tetap dapat dipertahankan," sambungnya. ***