Kisah Program Penanaman Mangrove KLHK di Batas Negara, "Menghadang Ombak Selat Melaka Menjaga Kedaulatan Indonesia''
RIAU24.COM - Cahaya matahari baru berpendar di Desa Muntai Barat, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Solihin (46) memandang nanar ke arah hamparan pantai luas, yang langsung berhadapan dengan laut lepas.
''Dahulunya di sana itu daratan. Ada pemukiman. Karena abrasi ombak laut, semuanya perlahan hilang menjadi lautan. Banyak penduduk di kampung kami punya surat tanah, tapi rumahnya ada di laut,'' ceritanya lirih sambil menunjuk ke arah pantai yang sedang surut.
Sejauh mata memandang, hamparan pantai berlumpur terlihat. Ada sisa-sisa tonggak tapak rumah. Menandakan bahwa dulu di atasnya ada tempat berteduh yang kini sudah runtuh.
Jika diambil garis lurus menggunakan kapal, kampung ini cuma berjarak 30 menit saja dari negara tetangga, Malaysia. Kedua daratan hanya dipisahkan oleh Selat Melaka. Inilah kampung terluar, sekaligus terdepan di batas negara Republik Indonesia.
Tidak hanya rumah, abrasi telah membuat banyak kebun warga di banyak Desa berubah menjadi laut. Hal yang membuat warga semakin sedih, tidak sekali dua kapal nelayan negara tetangga, kemudian terlihat melaut di garis pantai bekas kampung mereka.
Tak ingin larut melihat kondisi itu, Solihin merangkul masyarakat kampungnya mendirikan LSM Ikatan Pemuda Melayu Peduli Lingkungan (IPMPL). Mereka mulai menyuarakan penyelamatan kawasan pesisir pantai Pulau Bengkalis dengan penanaman mangrove.