Orangutan Tapanuli Akhirnya Dilepasliarkan Setelah Masuk ke Desa Untuk Mencari Makan
RIAU24.COM - Seekor orangutan Tapanuli jantan berusia 35 tahun telah dilepasliarkan di cagar alam di Sumatera Utara setelah ia memasuki daerah pemukiman di dusun Padang Bulan di Tapanuli Selatan pada hari Minggu untuk mengumpulkan buah.
Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Utara membius orangutan seberat 63 kilogram itu karena bersikap agresif saat tim berusaha mengeluarkannya. Mereka kemudian melepasliarkan hewan tersebut di cagar alam Dolok Sipirok. “Sehari setelah kami mengevakuasi orangutan Tapanuli dari pemukiman, kami melepaskannya ke habitatnya setelah tim dokter menyatakan dia sehat,” kata pejabat BKSDA Gunawan Alza, Selasa.
Orangutan tersebut dilepasliarkan di dekat dusun Aek Latong, sekitar 4 kilometer dari tempat dia ditangkap. Gunawan mengatakan kera itu tidak mengganggu siapa pun dan hanya mengambil buah dari kebun setempat. Menurut BKSDA, orangutan Tapanuli sering masuk ke pemukiman, terutama yang memiliki pohon buah-buahan, untuk mencari makan.
Banyak orangutan berkeliaran di dekat desa Marsada, yang dekat dengan habitat orangutan di blok Batang Toru. “Ada sekitar 400 hingga 600 orangutan Tapanuli di blok Batang Toru,” kata Gunawan, seraya menambahkan bahwa orangutan di kawasan itu pernah terlibat konflik sebelumnya dengan manusia ketika hewan tersebut memasuki desa terdekat.
Pada tahun 2019, BKSDA menemukan orangutan Tapanuli yang kekurangan gizi dan terluka bernama Paya di dekat perkebunan masyarakat di Desa Aek Batang, Kabupaten Sipirok. Beberapa warga diduga menyiksa orangutan tersebut. Setelah menjalani perawatan selama dua bulan di Pusat Rehabilitasi Orangutan Sumatera (PKOS) Batu Mbelin di Sibolangit, Deli Serdang, orangutan yang juga berusia 35 tahun ini dilepasliarkan di kawasan konservasi Dolok Sibual-buali pada Desember lalu.
Orangutan Tapanuli adalah spesies kera besar taksonomi terbaru. Ditemukan oleh sekelompok peneliti Indonesia dan asing pada tahun 2017. Populasi spesies Pongo Tapanuliensies diperkirakan sekitar 800. Spesies ini hanya ditemukan di ekosistem Batang Toru yang merupakan hutan perawan dengan luas 133.841. hektar, terbentang di tiga kabupaten di Sumatera Utara, yaitu Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah. Para ahli khawatir orangutan Tapanuli menghadapi peningkatan risiko kepunahan karena rusaknya habitat aslinya yang dipicu oleh aktivitas ekonomi di ekosistem Batang Toru.
Direktur Konservasi Yayasan PanEco Ian Singleton mengatakan sekitar 3.600 dari 105.000 hektar habitat orangutan Tapanuli di ekosistem Batang Toru telah rusak sejak 2001. “Sekitar 200 hektar habitat orangutan dirusak akibat kegiatan ekonomi setiap tahun. Ini adalah ancaman serius bagi pengembangbiakan orangutan Tapanuli di ekosistem Batang Toru, ”kata Singleton kepada Post baru-baru ini. Ia khawatir sumber makanan bagi orangutan Tapanuli di ekosistem tersebut akan hilang dalam lima hingga 10 tahun ke depan.