Ini Penyebab Turunnya Harga Sawit di Riau
RIAU24.COM - Kabid Pengolahan dan Pemasaran Disbun Riau, Defris Hatmaja menyebutkan ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penurunan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Riau.
"Untuk faktor internal, penurunannya harga TBS periode ini dengan persentase yang sedikit disebabkan oleh terjadinya kenaikan dan penurunan harga jual CPO dan kernel dari beberapa perusahaan yang menjadi sumber data," kata dia, Selasa, 17 November 2020.
Disebutkannya, untuk harga jual CPO, PTPN V mengalami penurunan harga sebesar Rp. 88.07/kg, Sinar Mas Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 244.70/Kg, PT. Astra Agro mengalami kenaikan harga sebesar Rp. 38,00/kg, PT. Asian Agri Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 61.48/Kg dari harga minggu lalu.
zxc1
Sedangkan untuk harga jual kernel, PT. Astra Agro mengalami kenaikan harga sebesar Rp. 540.90/Kg, PT Asian Agri Group mengalami kenaikan harga sebesar Rp 41.00/Kg dari harga minggu lalu.
Sementara dari faktor eksternal, turunnya harga TBS minggu ini karena harga kontrak futures minyak sawit (CPO) Malaysia di awal pekan ini Senin (16/11/220) drop signifikan. Harga CPO yang sudah melesat ke level tertinggi dalam delapan tahun membuatnya memang rawan terkoreksi.
"Harga CPO untuk kontrak pengiriman Januari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange melorot 2,4% ke RM 3.299/ton. Di akhir pekan lalu harga CPO ditutup di RM 3.380/ton dan merupakan level tertinggi sejak Mei 2012," jelasnya.
zxc2
Dia menambahkan, harga CPO mulai terlihat reli sejak minggu kedua bulan Mei tahun ini seiring dengan pelonggaran pembatasan di banyak negara. Tapi harga CPO yang sudah reli tak terbendung membuatnya rawan kena aksi ambil untung para trader yang berakibat pada koreksi.
Di sisi lain, lanjutnya, harga CPO yang terlalu tinggi membuatnya kurang kompetitif dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Hal tersebut membuat para importir menjadi beralih ke minyak nabati lain. Reuters melaporkan industri pengolahan minyak goreng India bakal memangkas impor minyak sawitnya dan beralih ke minyak kedelai.
"Pasar minyak sawit di Uni Eropa diperkirakan akan terus menghadapi beragam tantangan, lantaran adanya upaya penghentian penggunaan biodiesel berbasis minyak sawit pada 2030," tutup Defris.