Feature: Perjuangan Pasien Sembuh Dari Covid-19, Sempat Teringat Alam Kubur dan Tetap Kuat Berkat Doa
RIAU24.COM - Pagi itu Muhammad Sabarudi merasakan demam. Meski tubuhnya panas, wakil rakyat Kota Pekanbaru ini mencoba beristirahat di rumah saja. Sabarudi berpikir, paling besoknya sembuh.
Namun lama kelamaan perasaan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mulai tidak enak. Sebab demam di badan tak kunjung menurun. Gejala Covid-19 terngiang-ngiang dibenaknya. Apakah dirinya sudah tertular virus itu?
"Disitu saya mulai khawatir, saya pikir demam biasa, tetapi kok tidak turun-turun," cerita Sabarudi saat dijumpai di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.
zxc1
Sabarudi mulai mengenang, tiga hari sebelumnya dirinya memang ada beberapa kegiatan. Rabu (2 September 2020) dirinya sempat bermain futsal, Kamis (3 September 2020) dirinya mengikuti acara salah satu tokoh di Pekanbaru, dan Jumat (4 September 2020) menghadiri acara UMKM. Lalu pada Sabtu pagi (5 September 2020) lah ayah dua anak itu mengalami demam panas tinggi.
"Senin pagi (7 Seltember 2020) karena demam saya tidak turun-turun masih sama. Saya putuskan swab, dan Selasa (8 September 2020) hasilnya keluar. Saya dinyatakan positif Covid-19," kenang Sabarudi.
Seperti diketahui penghujung September 2020 lalu, publik dikagetkan dengan kabar 10 anggota DPRD Kota Pekanbaru dinyatakan positif Covid-19. Ternyata Sabarudi satu di antaranya yang terinfeksi virus corona yang berasal dari Wuhan, China tersebut.
Kepada Riau24.com, Sabarudi mengatakan bahwa dirinya saat dinyatakan positif Covid-19 sempat down. "Mental keluarga saya sempat down. Karena setelah saya, kemudian istri juga swab dan dinyatakan positif, dua anak saya malah negatif. Lalu saya mencari bagaimana cara menguatkan hati? Lalu kita berprasangka baik dengan Allah SWT. Apapun itu kita tetap berprasangka baik. Kita melihat itu takdir, qaddarullah. Kita jalanin. Kita terapkan sistem isolasi, saya bersama Istri dalam kamar. Dan anak tidak, negatif," sebut Sabarudi.
Selama terpapar Covid-19, Sabarudi merasakan tubuh kadang padas, meriang, kepala sakit, tenggorokan kering dan kadang kadang sakit. "Dan saya minggu pertama itu sudah mulai merasa sesak, sebelumnya enggak. Itu sampai kalau tilawah baca Alquran sudah agak sulit. Padahal saya tidak ada penyakit bawaan. Dan selalu pola hidup sehat dan rajin futsal," ceritanya.
"Dalam proses sembuh, saya alami ketakutan. Karena saya mengalami semua rasa sakit itu."
Awal-awal terpapar Covid-19, Sabarudi beserta keluarga memilih untuk merahasiakan dari orang-orang bahkan sama sanak famili. Meski merahasiakan, dirinya sekeluarga isolasi mandiri di rumah.
"Tetapi setelah hampir sepekan, karena saya sudah tidak tahan lagi. Seakan gejala sakit saya makin parah. Akhirnya saya hubungi keluarga, ustadz, saya minta didoakan. Saat itu saya hampir jarang tidur. Malam badan terasa sakit. Saya bawa shalat. Yang terbayang sama saya sudah alam kubur. Karena beberapa hari sebelum itu saat saya lihat media sosial ada teman yang memposting gambar alam kubur, dan saya teringat. Saya pikir apakah ini ajal saya," ingat Sabarudi.
"Kalau iya. Saya waktu itu merasa belum siap. Saya begitu khawatir, jika nanti saat terbangun rupanya sudah dalam kubur. Saya belum siap. Saya berdoa 'Ya Allah SWT sembuhkan saya. Saya ingin menjadi orang baik' berikhtiar untuk Allah SWT'. Saya betul betul ingin menyerahkan diri ke Allah SWT."
Beruntung Sabarudi memiliki orang-orang yang sayang pada dirinya dan keluarga. Sejak memutuskan tidak merahasiakan bahwa dirinya pasien Covid-19, banyak pihak yang memberikan dukunga. Bahkan makanan, minuman, dan lain sebagainya sering dikirim ke rumahnya, sebab memang Sabarudi sekeluarga memilih isolasi mandiri.
Setelah isolasi mandiri Sabarudi merasa tubuhnya sudah membaik. Maka 26 September 2020 dirinya kembali swab, dan ternyata hasilnya masih positif. "Lalu pada hari ke 28 sejak saya terkena Covid, kemudian 30 September 2020 saya tes lagi, swab, alhamdulillah negatif," sebutnya.
Setelah dinyatakan sembuh, Sabarudi mendapat banyak pelajaran atas segala peristiwa yang dialaminya. "Selama saya sakit, saya semakin menyadari, semakin dekat dengan Allah SWT. Bahwa memang kita di dunia ini sebagai tempat kita mempersiapkan akhirat. Kejadian ini semakin menguatkan saya bahwa dunia ini cuma sementara."
"Saat itu saya takut Allah SWT takdirkan saya mati disaat saya belum siap. Makanya saya sambil berdoa minta diberi kesempatan berbuat baik. Tapi kalau saya meninggal, saya yakin itu takdir, dan yang terbaik. Makanya saya menganggap peristiwa yang dialami itu semacam teguran. Dan saya bersyukur diberi kesempatan kedua. Sekarang apapun aktivitas karena Allah SWT," sebutnya.
Setelah mengalami sendiri terpapar Covid-19 itu tidak mengenakkan, Sabarudi berpesan ke masyarakat untuk selalu patuhi protokol kesehatan. Karena dirinya dulu sempat menjadi kelompok yang tidak percaya virus corona.
"Karena saya termasuk orang yang waktu dulu diumumkan covid-19 masuk indonesia. Saya termasuk orang sangat waspada. Diterapkan PSBB, saya waspada, di rumah saja. Lalu saat muncul konsep new normal, saya beralih ke tidak percaya, ini jujur saja ya. Disitu saya beraktivitas kalau berbicara masker dibuka, juga bersalaman dengan orang. Padahal dulu sangat menjaga, nah disitulah mungkin saya kenanya, karena abai protokol kesehatan," sebut Sabarudi.
zxc2
"Jadi kita harus sadar bahwa Covid-19 ini nyata dan berpotensi menular ke siapa pun. Ada yang kena biasa-biasa saja. Ada yang kena tapi sakit tidak begitu sakit. Ada yang sangat sakit sekali. Ada juga sakit sekali dan disertai penyakit bawaan. Jadi kita jangan egois. Kalau misal kita OTG (orang tanpa gejala) patuhi saja isolasi, kalau sampai orang tertular karena kita tidak patuh, berarti itu kita sudah zalim. Kita harus pikirkan orang lain," pesan Sabarudi.
Pemerintah Kota Pekanbaru sendiri sudah membuat aturan guna penularan Covid-19. Walikota Pekanbaru Firdaus telah menerbitkan Peraturan Wali Kota (Perwako) Nomor 160 tentang Pedoman PSBM di Wilayah Tertentu dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.
Perwako itu berisi ajakan kepada masyarakat menerapkan 4 M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.