Bukannya Menghindar, Para Mahasiswa Ini Malah Dengan Sengaja Terinfeksi Covid-19, Ternyata Ini Sebabnya
RIAU24.COM - Sebuah kabar yang menghebohkan, datang dari Universitas Brigham Young Idaho, Amerika Serikat. Hal itu setelah beredar isu, yang menyebutkan sejumlah mahasiswa di universitas itu sengaja membuat diri mereka terinfeksi virus Corona Covid-19.
Tujuannya, supaya bisa mendapatkan uang. Caranya dengan menjual plasma antibodi mereka kepada pihak yang menginginkannya. Walah...
Saat ini, pihak tengah universitas
melakukan investigasi guna memastikan kabar itu. Sanksibtegas telah menantu, bila kabar itu benar adanya.
Para petugas di universitas yang dimiliki oleh The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints itu, mengutuk keras dugaan perilaku para mahasiswanya tersebut. Bagi yang terbukti, sanksi skors pun telah menanti.
Dilansir viva yang merangkum laman oddity central, Kamis 22 Oktober 2020, universitas itu kini tengah menyelidiki insiden tersebut di kampus.
Mereka juga meminta para mahasiswa untuk tidak membahayakan diri maupun orang lain demi uang, karena risikonya tidak sebanding dengan uang yang didapat.
"Penularan dan penyebaran COVID-19 bukan hal yang sepele. Tindakan ceroboh atas kesehatan dan keselamatan akan menimbulkan penyakit lain dan kehilangan nyawa di komunitas kita. Jika mahasiswa sedang kesulitan, BYU-Idaho siap membantu," terang pihak universitas.
"Tidak pernah ada kebutuhan untuk mengizinkan perilaku yang membahayakan kesehatan atau keselamatan demi mendapat uang," tambahnya.
Sejumlah media di Idaho, Amerika Serikat, telah mengidentifikasi beberapa pusat donasi yang membeli plasma antibodi, termasuk satu yang dekat dengan universitas tersebut.
Kabarnya, ada yang mengklaim sanggup membayar penyintas Covid-19 sebesar USD100 per kunjungan. Uang itu diberikan sebagai 'ucapan terima kasih' karena menyelamatkan nyawa dalam masa pandemi.
Lokasi lainnya dikabarkan memberikan bayaran sebesar USD200 kepada pendonor untuk setiap kunjungan pertama atau kedua mereka.
Menurut badan obat dan makanan Amerika Serikat, FDA, plasma dari orang yang sembuh COVID-19 kemungkinan efektif mengobati penyakit tersebut yang belum ditemukan vaksinnya itu.
Selain itu, pengetahuan dan potensi manfaat dari produk itu lebih penting dari potensi risiko dari produk tersebut.
Tampaknya dugaan itu bukan isapan jempol semata. Hingga Selasa lalu, Universitas Brigham Young mengonfirmasi 119 mahasiswa aktif dan 20 pegawai yang positif terjangkit virus itu. ***