Kata Dinas Perkebunan Riau, ini Penyebab Kenapa Harga Sawit di Riau Turun
RIAU24.COM - Kabid Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Riau, Defris Hatmaja menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Riau menurunan.
"Faktor internal, turunnya harga TBS periode ini dengan persentase yang sedikit disebabkan oleh terjadinya penurunan harga jual CPO dan kernel dari beberapa perusahaan yang menjadi sumber data," kata dia, Selasa, 6 Oktober 2020.
Dirincikannya, untuk harga jual CPO, PTPN V mengalami penurunan harga sebesar Rp. 227,00/kg, Sinar Mas Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 355,00/Kg, PT. Astra Agro mengalami penurunan harga sebesar Rp. 4,00/kg, PT. Asian Agri Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 304,01/Kg dari harga minggu lalu, PT.Citra Riau Sarana mengalami penurunan harga sebesar Rp. 320,20/Kg dari harga minggu lalu.
Sedangkan untuk harga jual kernel, PT. Astra Agro mengalami penurunan harga sebesar Rp. 12,73/Kg, PT Asian Agri Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 45,00/Kg dari harga minggu lalu dan PT. Citra Riau Sarana mengalami penurunan harga sebesar Rp 112,00/Kg dari minggu lalu.
"Sedangkan faktor eksternal, penurunan harga TBS minggu ini karena untuk tahun 2020, MPOC memproyeksi total output minyak sawit Malaysia akan berada di angka 19,5 -19,6 juta ton," kata dia.
Dijelaskannya, proyeksi asosiasi produsen nabati India (IVPA) memperkirakan output Malaysia turun 3% dibanding tahun lalu menjadi 19,2 juta ton, sementara output Indonesia naik 3% menjadi 46,5 juta ton.
"Sentimen negatif yang belakangan mendera CPO adalah adanya aksi boikot dari AS. Paman Sam dikabarkan memblokir impor minyak sawit dan turunannya dari FGV Holding Bhd Malaysia yang merupakan salah satu perusahaan produsen terbesar di dunia," terang Defris.
"Ditulis Bloomberg, pengiriman dari perusahaan dan anak perusahaan ditahan di semua pelabuhan masuk AS. Pemblokiran tersebut tentu saja menjadi sentimen negatif yang mengerek harga turun lantaran kran ekspor Negeri Jiran berpotensi tak mengucur deras seperti sebelumnya," demikian Defris menjelaskan.