Pengunduran Diri Akmal Taher Jadi Bumerang Bagi Pemerintahan Jokowi Terkait Pengendalian COVID-19 di Indonesia
RIAU24.COM - Pengunduran diri dokter top Indonesia dari satuan tugas COVID-19 telah menimbulkan pertanyaan apakah pemerintah serius melibatkan pakar kesehatan dalam penanggulangan pandemi. Ahli Urologi dan profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Akmal Taher, telah mengajukan pengunduran dirinya sebagai kepala divisi kesehatan satuan tugas, dengan mengatakan bahwa dia akan terus melacak dan menguji kontak - dua langkah yang dia yakini penting dalam mengendalikan COVID -19 - di tempat lain. “Memang benar saya mengundurkan diri. Bagi saya, penelusuran dan pengujian harus benar-benar ditingkatkan dan saya yakin ini harus dilakukan di puskesmas,” ujarnya dalam diskusi yang diselenggarakan Center of Indonesia Strategic Development Initiatives ( CISDI) pada hari Sabtu.
"Ini adalah hal-hal yang akan saya lakukan di tempat saya bekerja di masa mendatang, karena saya pikir kita belum melakukannya."
Seperti diketahui, tingkat pengujian di Indonesia tetap rendah, dengan 0,10 pengujian per 1.000 orang selama rata-rata tujuh hari, lebih rendah dari India 0,71 dan Filipina 0,31, menurut data dari ourworldindata.org per 23 September.
Akmal tidak segera menanggapi permintaan komentar, tetapi mantan direktur Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo yang berbasis di Jakarta itu menyatakan bahwa dia tidak setuju dengan tindakan respons pandemi saat ini.
Dalam diskusi hari Sabtu, Akmal, meskipun mengakui upaya pemerintah untuk mempercepat pengujian untuk kemungkinan vaksin, mengatakan bahwa dia secara pribadi tidak dapat berjanji tentang vaksin yang akan segera dikembangkan mengingat uji klinis masih berlangsung. Pernyataannya sangat kontras dengan pandangan yang lebih optimis dari beberapa pejabat pemerintah yang mengklaim vaksin dapat siap pada bulan Desember.
Vaksin COVID-19 yang terbukti saat ini tidak ada.