RIAU24.COM -  Jumlah kematian akibat COVID-19 di Iran telah melampaui 25.000, jumlah tertinggi di Timur Tengah karena kasus terus meningkat. Kementerian kesehatan melaporkan 175 kematian pada hari Kamis dan 3.521 kasus baru dalam 24 jam terakhir, menjadikan total kasus yang dikonfirmasi di negara itu menjadi 436.319. Dalam 30 hari terakhir, 5.000 orang yang terinfeksi virus korona telah meninggal dan 80.000 infeksi baru telah terdaftar, mengakibatkan total 25.015 kematian dan 436.319 kasus yang tercatat, kata juru bicara kementerian kesehatan Sima Lari kepada televisi pemerintah.

Kementerian mengatakan hanya masalah waktu sebelum "gelombang ketiga" infeksi akan melanda Iran, yang menurut para ahli kesehatan bisa lebih buruk daripada dua yang pertama, dengan kemacetan dalam perawatan medis bagi mereka yang terinfeksi.

Iran telah berjuang melawan kebangkitan COVID-19, dengan angka yang menunjukkan peningkatan infeksi baru dan kematian sejak level terendah dua bulan pada Mei. Situasi ini dilaporkan kritis di kota-kota besar, terutama ibu kota Teheran, dengan 13 juta penduduknya.

Pejabat kesehatan Iran telah menyuarakan kekhawatiran atas lonjakan infeksi, mendesak negara itu untuk menghormati protokol kesehatan untuk mengendalikan penyebaran penyakit. Presiden Hassan Rouhani sebelumnya menyebut pandemi sebagai masalah jangka panjang dan mengatakan penguncian tidak ideal, tetapi dia telah menunjukkan kesediaan untuk bertindak menyusul peningkatan kasus yang baru.

"Jika ada gelombang baru infeksi, kami akan dipaksa untuk memberlakukan kembali beberapa pembatasan," tulisnya di situs resminya, Kamis.

Iran menderita wabah besar pertama di kawasan itu, melihat politisi papan atas, pejabat kesehatan, dan pemimpin agama di negara itu didiagnosis dengan virus tersebut.