Viral, Ternyata Seperti Ini Bentuk Surat Lamaran Kerja yang Menggunakan Tata Bahasa Khas 'Anak Medan'
RIAU24.COM - Sebuah surat lamaran kerja, saat ini tengah viral di media sosial. Surat itu jadi viral, karena gaya bahasa yang digunakan oleh si pembuat surat. Ada yang menilai, tata bahasa yang digunakannya, adalah susunan bahasa khas 'anak Medan' yang blak-blakan serta tidak bertele-tele, serta langsung pada intinya.
Berikut petikan isi surat itu:
Dengan hormat,
Kutengok semalam di internet, kubaca udah bukak pulak lamaran di kantor Bapak. Jadi kutulis surat ini. Mana tau bisa diterima aku. Diterima sukur, gak diterima gak papa lah.
Seriusnya aku Pak, gak maen-maen aku. Kalau gak percaya Bapak la nanti disuruh apapun maunya aku.
Gini aja la, biar yakin Bapak. Kutarok aja la di surat ini ijazah aku, SKCK ku, surat sehat badan aku, sama surat masih warasnya aku Pak.
Udah la ya Pak. Kepengen kali aku diterima Pak. Tak pande aku bikin surat panjang-panjang. Makasi la Pak.
Hormat aku,
(tanda tangan dan meterai Rp 6.000)
Dilansir detik, Selasa 8 September 2020, Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Medan Area (UMA) Ara Auza menjelaskan soal gaya bahasa yang digunakan dalam surat tersebut. Dia menyebut bahasa 'anak Medan' memang unik dan perlu penelitian lebih jauh soal gaya khas bicara orang-orang di Medan.
"'Bahasa Medan' memang unik dan menarik perhatian. Kekhasan bahasa Medan ini memang perlu ditelisik lebih jauh. Banyak tokoh yang menggunakan 'bahasa Medan' mendapat positioning yang baik di media massa, bahkan jauh sebelum adanya media sosial," lontarnya, Senin (7/9/2020) kemarin.
Menurutnya, sejauh ini pemilihan kata-kata khas orang Medan itu sering digunakan untuk menarik perhatian, khususnya di industri hiburan. Dia mencontohkan soal penggunaan dialek khas Medan di film Warkop DKI hingga gaya khas Poltak Raja Minyak dari Medan yang populer pada awal 2000-an.
"Sedangkan ke era medsos kita mengenal Mak Beti, Mak Gardam, Gita Bebita, menggunakan dialek Medan dan viral," lontarnya.
Sedangkan terkait surat lamaran kerja yang viral itu, Ara menilai yang digunakan si pembuat surat adalah bahasa lisan yang kemudian dijadikan tulisan. Bila digunakan dalam komunikasi sehari-hari, menurutnya hal itu tidak aa masalah. Namun jika digunakan untuk hal-hal yang bersifat formal seperti surat lamaran kerja, mungkin bakal jadi masalah.
"Kalau memang benar surat lamaran itu disampaikan kepada perusahaan, secara struktur kata dan kalimat pasti salah. Surat resmi seharusnya mengikuti struktur kata atau kalimat yang sudah ada seperti S-P-O-K dan/atau dalam bentuk pasif. Kalau frontal secara lisan memang nggak ada masalah. Menjadi masalah karena dalam bentuk tulisan. Kaidah penulisan kan harus merujuk pada struktur yang ada," sebut Ara.
Terlepas dari viralnya surat lamaran kerja 'anak Medan' tersebut, Ara menilai gaya bahasa orang-orang Medan merupakan budaya yang harus diteliti dan dilestarikan. Dia berharap Pemko Medan menjadikan bahasa sebagai salah satu budaya yang harus dilestarikan. ***