Dipecat Karena Tak Mau Dukung Mantu Jokowi, Mantan Ketua PAC PDIP: Ini Perlawanan Atas Kediktatoran DPD dan DPP
RIAU24.COM - Dikarenakan menolak untuk mendukung menantu Presiden Joko Widodo, Bobby Nasution, Empat Ketua PAC PDIP di Medan, Sumatera Utara (Sumut), dicopot sebagai Ketua PAC.
Keempat orang yang dicopot itu berasal dari PAC Medan Area, Medan Perjuangan, Medan Johor dan Medan Selayang. Tak hanya dicopot sebagai ketua PAC, keempatnya juga direkomendasikan untuk dipecat sebagai kader PDIP.
PDIP sendiri berang karena keempat ketua PAC itu menggelar aksi unjuk rasa untuk menolak keputusan DPP PDIP mengusung Bobby-Aulia Rachman di Pilkada Medan 2020.
"Keempat tadi yang sempat melakukan aksi menolak calon wali kota dan wakil wali kota yang direkomendasikan PDI Perjuangan. Dinonaktifkan dan diteruskan juga pemecatan menjadi anggota PDIP," ujar Ketua DPC PDIP Kota Medan, Hasyim.
Adanya keputusan itu, keempat ketua yang dicopot tidak lagi sah mengatasnamakan diri sebagai PDIP. Jika mereka masih menggunakan nama PDIP, maka akan berurusan dengan polisi.
"Kita harapkan dengan keluarnya penonaktifan terhadap beberapa oknum ketua PAC dan juga usulan ke DPP terkait pemecatan dari keanggotaan DPP, tentu, apabila di kemudian hari masih ada yang mengatasnamakan partai PDIP Perjuangan tentu ini masih ilegal. Jika terjadi, kita akan membuat laporan ke polisi," jelasnya.
Sementara itu, Keputusan PDIP ini mendapat kritik keras dari pihak yang dicopot. Tudingan diktator disematkan ke DPD dan DPP PDIP.
"Saya dipecat siap. Ini perlawanan lah kediktatoran DPD, DPP. Diktator lah ini, memaksa kehendak terus," ujar mantan Ketua PAC Medan Selayang, Muda Prana Sinuraya.
Adapun alasan mereka menolak untuk mendukung Bobby dikarenakan Bobby bukan 'darah daging' PDIP. "Pokoknya kita sudah siap. Kita dicopot itu kan karena membangkang, kita pun punya prinsip. Masalahnya nggak ikut mekanisme. Kita cerita partai kader, tapi yang didukung bukan kader. Saya prinsipnya begitu, katanya berkoar-koar partai kader, ada kader sendiri yang petahana nggak didukung," kata dia.
"Saya lahir batin siap, karena saya sudah mengabdi sejak 3 partai politik. Dari PDI pertama saya dulu mengabdi, '87 saya sudah ikut, bukan anak baru. Mereka nggak belajar di Medan belum pernah Jokowi menang. Saya terus terang aja, kalau Jokowi-nya yes, kalau Bobby-nya nggak, karena ini kan dipaksakan," lanjutnya.