Menu

Bahaya, China Terbukti Ingin Bangun Pangkalan Militer di Indonesia, Ini Faktanya

Riko 2 Sep 2020, 10:20
Foto (internet)
Foto (internet)

RIAU24.COM -  Sebuah laporan tahunan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) mencatat fakta baru bahwa China memiliki proyeksi perluasan kekuasaan. Pemerintah Xi Jinping membangun jaringan logistik raksasa dan ingin menguasai sebagian yang berada di wilayah Samudera Hindia. Salah satu cara yang dilakukan negara komunis itu adalah membangun pangkalan militer. 

Menurut laporan Asia Nikkei Review yang mengutip VIVA Militer, Rabu 2 September 2020, salah satu poin yang tercantum dalam laporan itu adalah soal peta kekuatan militer China.

Laporan Departemen Pertahanan AS juga membahas soal kemungkinan China membangun jaringan logistik di sejumlah wilayah Samudera Hindia.

Sejumlah negara masuk dalam rencana China untuk pembangunan fasilitas logistik militer. Data itu tercantum di halaman 200 soal "Perkembangan Militer dan Keamanan yang Melibatkan Republik Rakyat China 2020".

Ada lima negara yang jadi target China sebagai tempat di mana pangkalan militer Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) akan dibangun. Yang mencengangkan, ada nama Indonesia dalam laporan itu. Selain Indonesia, ada tiga negara Asia Tenggara, Thailand, Singapura, dan Myanmar, yang juga jadi sasaran China.

Kemudian, laporan itu juga menyebut bahwa China ingin membangun pangkalan militernya di Pakistan dan Sri Langka. Tak cuma di Asia, China juga tengah berusaha melakukan pendekatan ke sejumlah negara Afrika dan Oceania.

Yang menjadi dasar pemikiran Departemen Pertahanan AS memberikan prediksi ini adalah, pasca dibukanya pangkalan militer China pertama di Djibouti, salah satu negara yang masuk dalam kawasan Tanduk Afrika, pada 2017 silam.

Total, pemerintah China menggelontorkan dana sebesar US$590 juta, atau setara dengan Rp8,60 triliun, untuk membangun pangkalan militer luar negeri pertamanya ini. Pembangunan pangkalan militer di Djibouti, tak lepas untuk mendukung reaksi militer terhadap segala kemungkinan yang mengancam investasi China di kawasan Afrika.