Dituding Jadi 'Gembong'nya Influencer Pro Pemerintah, Yosi 'Projeck Pop Balas Tuding Media ini
RIAU24.COM - Sosok Ketua Umum Siberkreasi Hermann Josis Mokalu alias Yosi 'Project Pop', tiba-tiba mendapat sorotan dari banyak pihak. Hal itu setelah beredar kabar yang menyebutkan artis ini sebagai orang yang melatih influencer yang disebut-sebut pendukung pemerintah. Lalu bagaimana responnya?
Untuk diketahui, tudingan itu muncul terhadap Yosi itu bermula dari pernyataan Staf Ahli Menkominfo Henry Subiakto, ketika hadir dalam sebuah program televisi. Henry kala itu menyebut nama Yosi Mokalu sebagai orang yang melatih influencer melalui program Siberkreasi. Sejak saat itu, media sosial tiba-tiba ramai dengan tudingan yang menyebutkan Yosi sebagai orang yang melatih para influencer pendukung pemerintah.
Menanggapi tudingan itu, Yosi tak menampik bahwa dirinya merupakan Ketua Siberkreasi, yang menurutnya adalah ebuah gerakan nasional literasi digital. Namun menurutnya, ada kesalahpahaman di tengah masyarakat menanggapi pernyataan itu.
"Sebenarnya Prof Henri mau menjawab dari situ, tapi ya bungkusan judul clickbait dan beberapa media abal-abal memperuncing semua suasananya," lontarnya, dilansir antara, Minggu 30 Agustus 2020.
Dikatakannya, Siberkreasi adalah sebuah program yang bertujuan memberikan edukasi mengenai literasi digital kepada masyarakat Indonesia. Bukan program untuk para influencer.
Ia pun membantah bahwa program tersebut mengarahkan masyarakat menjadi influencer pro pemerintah.
"Sebenarnya dari dua sisi itu sudah menjelaskan kalau misalnya orang-orang ini mau beragenda apa. Mengkritisi pemerintah sih saya setuju enggak masalah, dalam hal ini kan pemerintah harus selalu dijaga kerjanya," ujarnya lagi.
Dirangkum dari detik, terkait tudingan itu, bantahan juga telah disamaikan Kominfo, yang menegaskan Siberkreasi bukanlah program untuk melatih influencer.
"School of influencer adalah pelatihan untuk masyarakat umum yang tertarik untuk menggeluti bidang konten digital secara lebih mendalam, tujuannya adalah untuk menciptakan champion-champion yang bisa berinternet dengan positif dan produktif di dunia digital. Jadi sekali lagi, School of influencer bukan pelatihan untuk para influencer," ungkap Staf Khusus Menteri Kominfo Bidang Digital dan SDM, Dedi Permadi. ***