Awalnya Dipuji, Sekarang Unair Malah Terancam Bakal Digugat Karena Temuan Obat Covid-19, Begini Respon Kampus
RIAU24.COM - Universitas Airlangga Surabaya, saat ini mendapat sorotan setelah klaim penemuan obat Corona Covid-19, disebut dilakukan bersama TNI dan Badan Intelejen Nasional (BIN). Setelah sempat mendapat respon positif, namun hal sebaliknya juga datang dari akademisi lain. Bahkan, ada akademisi yang mengatakan akan menggugat, karena prosedur penelitian obat itu dinilai tak sesuai dengan aturan yang semestinya dilalui.
Menyikapi kondisi itu, Juru bicara Universitas Airlangga, Suko Widodo, mengatakan, pihaknya masih menunggu momen diskusi di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait izin produksi massal oleh pemerintah pusat atas obat Covid-19 yang mereka temukan.
Menurutnya, Unair tidak akan menanggapi pandangan miring tentang temuan obat tersebut yang berkembang di tengah masyarakat sebelum melalui diskusi itu.
"Besok rencananya diskusi dengan BPOM itu, setelahnya nanti baru kami akan menanggapi," ujarnya, Selasa 18 Agustus 2020.
Dilansir tempo, sebelumnya ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono diberitakan mengancam menggugat apabila BPOM memberi izin untuk produksi massal tersebut. Pandu mempermasalahkan prosedur penelitian obat tersebut yang disebutnya mengambil jalan pintas.
Menurutnya, gugatan itu akan diajukan kepada akademisi Universitas Airlangga sebagai lembaga yang disebutnya bertanggung jawab terhadap integritas ilmu pengetahuan.
Tak hanya olah Pandu, kritik senada juga bisa ditemukan di media sosial, termasuk tentang cara tim peneliti Unair menyajikan hasil uji yang atas obat-obatan tersebut yang diklaim dari uji klinis tahap tiga.
Sebelumnya, ektor Universitas Airlangga, Mohammad Nasih mengatakan, dalam diskusi dengan BPOM yang rencananya digelar Rabu besok, akan dibahas berbagai isu secara detail, berkaitan bahan-bahan obat yang ditemukam tim peneliti dari Unair didukung BIN.
Nasih kemudian merujuk kepada tiga kombinasi obat Covid-19 yakni Lopinavir/Ritonavir-Azithromycin; Lopinavir/Ritonavir-Doxycycline; serta Hydrochloroquine-Azithromycin. Menurutnya, tiga kombinasi dari obat yang sudah beredar di pasaran itu, diklaim telah teruji memberi hasil efikasi menyembuhkan pasien Covid-19 non pengguna ventilator hingga 98 persen.
"Untuk kombinasi obat yang tertentu efektivitasnya sampai 98 persen, yang paling rendah di angka 92 persen. Efektivitas ini berdasar dari sampel yang diambil secara acak," terangnya.
Menurut Nasih, sekalipun berupa kombinasi obat, BPOM tetap menganggap temuan tim peneliti Unair sebagai obat baru. Dia juga menambahkan kalau BPOM sudah pernah inspeksi uji kombinasi-kombinasi obat itu di Bandung. ***