Soal Akhir Pandemi Corona, Mendagri Tito Karnavian Ungkap Ada 3 Skenario, Begini Penjelasannya
RIAU24.COM - Hingga saat ini, belum ada satu pihak pun yang bisa memastikan kapan pandemi wabah Corona Covid-19 bakal berakhir. Terkait hal itu, Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri) Tito Karnavian punya penilaian sendiri.
Pandangan itu dilontarkannya dalam webinar yang digelar Taruna Merah Putih (TMP) bertema 'Pilkada di Tengah Pandemi Covid-19', Minggu 9 Agustus 2020.
"Pandemi selesai setidaknya ada tiga skenario yang pertama adalah ketika ditemukannya vaksin, yang kedua adalah ketika terjadinya herd immunity yaitu kekebalan kelompok di mana 2 per tiga minimal dari populasi itu mengalami kekebalan alami karena tertular," terangnya, dilansir detik.
Tito menjelaskan, dalam fase ini ada kemungkinan banyak korban. Karena daya tahan tubuh manusia yang lemah akan jatuh sakit, sampai akhirnya meninggal dunia.
Lebih lanjut, mantan Kapolri ini menyinggung pandemi pada abad ke-14 di mana korbanya hampir 70 juta jiwa.
"Tapi terjadinya hanya di Eropa dan Asia Tengah. Juga 100 tahun lalu kita kenal dengan Spanish flu atau kita kenal dengan istilah lebih umum soal influenza itu 1917 1920 adalah virus yang sangat mematikan," terangnya.
Ketika itu, korbannya kurang 50 juta jiwa dan itu terjadi di beberapa negara khususnya benua Eropa dan benua lainnya.
"Tapi tidak ada pandemi sebesar Covid-19, terluas Covid-19. Karena dalam waktu 4-5 bulan 216 negara. Jadi inilah pandemi terluas dalam sejarah umat manusia," kata Tito.
"Demikian juga herd immunity ini skenarionya tidak kita inginkan maka skenario yang terakhir adalah virusnya melemah sendiri," ujarnya lagi.
Dalam kesempatan itu, Tito juga mengatakan pemerintah terus berupaya menemukan vaksin COVID-19. Tito menilai pandemi virus Corona belum akan berakhir dengan tuntas pada 2021 meski vaksin telah ditemukan.
Awalnya, Tito mengatakan vaksin Corona yang diproduksi oleh perusahaan asal China yakni Sinovac akan selesai uji klinis tahap tiga pada akhir Desember mendatang.
"Yang terbaru adalah Sinovac dari Tiongkok itu memasuki tahap yang ketiga dan Indonesia mengambil bersama dengan Brasil, Bangladesh yang dicobakan kepada 1.620 relawan di Indonesia. Kita berdoa mudah-mudahan rencana Desember paling lama hasilnya dapat diketahui ketika 1.620 relawan ini akan dicobakan vaksin tersebut," kata Tito.
"Kalau efektif bisa memunculkan kekebalan antibodi bisa mematikan virus COVID-19 maka baru ada produksi massal. Produksi massal direncanakan Januari, Februari harus 2/3 dari populasi Indonesia," imbuhnya.
Tito mengatakan, pada proses vaksinasi dibutuhkan dua kali tahapan. Tito juga mengungkapkan alasan vaksinasi harus dilakukan kepada 2/3 total penduduk.
"Dua ampul, ampul pertama adalah vaksin awal, kedua adalah booster. Kenapa 2/3? Agar tidak menular, dia menular kepada yang belum positif," katanya.
"Di Indonesia dengan 340-an juta penduduk memerlukan 340 juta kali 2. Apakah kita memiliki kemampuan produksi dengan cepat sebanyak 340 juta, saya sudah diskusi dengan rekan-rekan terkait vaksin ini dengan Satgas untuk masalah vaksin ini. Kemampuan produksi kita tingkatkan 250 juta per tahun," ujarnya lagi. ***