Gagal Jadi Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim Sebut Dirinya Kena 'Prank' Mahathir Mohammad
RIAU24.COM - Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim secara blak-blakan mengaku telah kena 'prank' alias ditipu Mahathir Mohamad saat koalisi Pakatan Harapan masih menjadi penguasa Malaysia. Saat itu Mahathir yang menjabat perdana menteri berjanji akan menyerahkan kekuasaanya setelah 2 tahun menjabat, namun ingkar.
Dalam wawancara dengan surat kabar Sin Chew Daily, Anwar mengungkap pada awalnya dia sangat yakin Mahathir akan memenuhi janji menyerahkan jabatan. "Kami tidak tahu sebelumnya, tapi sekarang jadi sadar," kata Anwar, seperti dilaporkan kembali Inews.id, Senin (27/7/2020).
Jelang usia jabatan 2 tahun, Mahathir terus menerus menunda waktu penyerahan jabatan. Pria 94 tahun itu mengatakan akan menyerahkan jabatan ke Anwar setelah KTT APEC pada November 2020. Namun pada 24 Februari atau belum genap 2 tahun jabatan, Mahathir mengundurkan diri sebagai perdana menteri tanpa berkonsultasi telebih dulu dengan para pemimpin partai koalisi.
Keputusan Mahathir itu menjadi awal keruntuhan koalisi Pakatan Harapan sekaligus memupuskan harapan Anwar menjadi penguasa pemerintahan Malaysia.
Anwar juga menyinggung soal pihak-pihak yang tak suka dirinya menjadi perdana menteri, termasuk Mahathir. Dia berkali-kali mengatakan Anwar tak cocok dengan jabatan itu karena tak disukai orang Melayu.
“Banyak miliarder, termasuk orang Melayu kaya yang saya kenal. Saya juga tahu mereka yang korup dan menentang saya. Mereka memainkan kartu rasial dengan mengatakan 'Anwar bukan orang Melayu, dan dia tidak melindungi orang Melayu'," katanya.
Lebih lanjut Anwar menyebut pengunduran diri Mahathir sebagai penyebab utama runtuhnya pemerintahan Pakatan Harapan atau hanya berusia 22 bulan.
Jika Mahathir tidak mundur, kata dia, Pakatan tetap memimpin pemerintahan saat ini. Dia juga menegaskan semua masalah internal sebenarnya dapat diatasi jika semua pihak terbuka.
“Faktanya ada pengkhianat di PKR dan Parti Pribumi Bersatu Malaysia (saat itu dipimpin Mahathir). Tapi apakah Anda mengira pengkhianat itu menjamur dalam waktu sepekan? Mereka pasti sudah merencanakan ini sejak lama," tutur suami Wan Azizah Wan Ismail itu.**