China Kian Terpojok, Ilmuwannya Ini Akui Pemerintahnya Tutupi Isu Virus Corona Sejak Awal
RIAU24.COM - Rezim pemerintahan China kian terpojok akibat sorotan dari berbagai pihak, terkait pandemi wabah virus Corona Covid-19. Sejak pertama kali merebak di Wuhan, hingga sejauh ini virus Covid-19 telah menelan korban jiwa hingga 500 ribu orang di berbagai belahan dunia.
Jumlah yang sangat fantastis ini sebenarnya bisa ditekan dan dihindari, jika saja pemerintah China mau bersikap terbuka sejak awal virus itu ditemukan. Namun kenyataannya, China memilih bersikap tertutup dan menyembunyikan virus itu.
Hal itu diungkapkan ahli virologi asal China, Li Meng Yan, yang berbasis di Hong Kong School of Public Health. Saat ini, Yan diketahui tengah bersembunyi di Amerika Serikat (AS) sembari mengungkapkan apa yang diketahuinya tentang virus itu serta bagaimana pemerintah China menyikapinya.
Dilansir viva yang merangkum mirror, Rabu 15 Juli 2020, Li Meng Yan tak menampik tuduhan yang menyebutkan Pemerintah China sudah lama mencoba membungkam siapapun yang ingin membuat peringatan sebelum virus itu menjadi pandemi awal tahun ini.
Menurutnya, Pemerintah China sudah lama tahu dengan keberadaan virus itu. Namun hal itu baru diungkapkan ke publik setelah terjadi wabah.
"Kami tidak punya banyak waktu. Ini pandemi yang besar yang kami lihat di dunia. Ini lebih dari yang kami ketahui dalam sejarah manusia. Jadi, waktu menjadi sangat, sangat penting. Jika kita bisa menghentikannya secara dini, kita bisa menyelamatkan banyak nyawa," ujar Yan.
Tak hanya itu, Yan mengaku terpaksa harus lari ke AS guna mengungkapkan fakta ini. Sebab, ia takut bila hal ini dilakukan di China, maka jiwanya akan terancam.
"Alasan aku datang ke AS adalah karena aku menyampaikan pesan dari kebenaran Covid. Jika aku mengatakannya di Hong Kong, saat aku mulai berbicara, aku akan hilang dan dibunuh," tuturnya lagi.
Dikatakan, dirinya termasuk salah satu ilmuwan pertama yang diminta untuk menginvestigasi kasus kecil virus mirip SARS baru di Wuhan, pada 31 Desember tahun lalu. Virus ini kemudian dikenal dengan Corona Covid-19 yang akhirnya menjadi pandemi.
Menurutnya, Partai Komunis China dan staf senior universitas bahkan telah menyensor bukti bahwa COVID-19 bisa tertular antar manusia pada awal Desember lalu.
"Pemerintah China menolak memanggil para ahli dari luar negeri, bahkan termasuk ahli dari Hong Kong untuk melakukan riset di China. Jadi, aku menghubungi teman-temanku untuk mendapat lebih banyak informasi," tuturnya.
Menurutnya, saat masih berada di China, ia pernah menyampaikan kepada pimpinannya bahwa jumlah kasus akibat virus ini bisa meningkat dengan cepat. Hal itu setelah ia menemukan indikasi bahwa virus ini bisa menyebar antarmanusia. Namun bukannya direspon, ia malah disuruh si bos untuk menutup mulut.
"Dia memperingatkanku...'Jangan menyentuh garis merah. Kita akan bermasalah dan akan hilang'," ujarnya.
Yan yakin kalau informasi penting itu bisa menyelamatkan banyak nyawa saat pemerintah China menolak para ahli dari luar negeri, termasuk para ahli dari Hong Kong, untuk melakukan riset di China.
"Aku harus bersembunyi karena aku tahu bagaimana mereka memperlakukan para pelapor, dan sebagai pelapor di sini aku ingin mengatakan kebenaran tentang COVID-19 and asal virus SARS-2 Covid," ujarnya lagi. ***