RIAU24.COM -  Baru-baru ini, sebuah pertanyaan acak diposting di sebuah grup Facebook Selandia Baru yang populer setelah seorang wanita diinterogasi oleh bosnya karena kebiasaan mencuci piringnya.

"Jadi aku hanya ingin tahu, siapa yang membilas sabun dari piring mereka setelah dicuci?" Jika Anda terkejut bahwa ini adalah pertanyaan yang perlu ditanyakan, jangan khawatir Anda bukan satu-satunya.

Ternyata, pertanyaan ini sebenarnya adalah "debat rumah tangga kuno" diantara orang-orang di Selandia Baru, seperti dilansir Stuff.co. Dan dari semua orang yang menanggapi postingan tersebut, sebanyak 748 orang benar-benar mengatakan mereka tidak membilas piringnya dengan sabun.

Orang-orang ini hanya mengisi bak cuci mereka dengan air panas, menyemprotkan cairan pencuci piring dan merendam piring untuk mencuci mereka. Setelah selesai, mereka mengeluarkan piring dan letakkan di rak hingga kering tanpa membilas apa pun.

Tetapi tampaknya penduduk di Negara Kiwi bukan satu-satunya yang berbagi sentimen pencuci piring ini karena berbagai teknik pembersihan tampaknya sangat dipengaruhi oleh negara, budaya, dan anggota rumah tangga lainnya. Menurut BBC America, cara unik mencuci piring ini disebabkan oleh perbedaan budaya antara Inggris dan Amerika.

“Orang Inggris mencuci segala sesuatu di wastafel yang sama penuh dengan air sabun, yang terdengar kotor tetapi jika Anda mulai dengan barang-barang paling kotor, seperti gelas, kaca kemudian cuci panci dan yang terakhir wajan, Anda tidak benar-benar mencuci apa pun dalam air kotor. "

Penulis melanjutkan dengan menambahkan bahwa dulu ada kampanye periklanan dekade yang lalu yang mengklaim merek cairan pencuci piring tertentu tidak perlu dibilas sehingga orang dapat menghemat uang pada tagihan air sambil menghemat air pada saat yang sama.

Kami tidak yakin apakah kami setuju dengan logika ini. Tetapi penulis artikel itu benar-benar menunjukkan bahwa ini menghemat lebih banyak air, karena keran dengan air mengalir menggunakan 12 liter air per menit.

"Orang Amerika, di sisi lain, membutuhkan setidaknya dua wastafel dan pasokan air mengalir yang konstan untuk mencuci piring." Dan ternyata, beberapa negara tampaknya berpikir bahwa orang Asia melakukan hal yang sama.

“Di banyak negara Asia, banyak orang yang membiarkan keran mengalir dari awal hingga selesai mencuci piring,” kata sebuah artikel dari Stuff.co.

Namun, Dr Rick Weiss, seorang associate professor dalam studi agama di Victoria University menepis anggapan bahwa kebiasaan mencuci piring adalah perbedaan budaya Timur / Barat. Penting juga untuk dicatat bahwa kebiasaan mencuci piring dari satu kelompok mungkin tidak mencerminkan bagaimana semua orang di negara itu mencuci piring mereka.

Bahkan mereka yang bekerja di bidang sains tampaknya memiliki pendapat yang berbeda tentang cara mereka mencuci piring. Seorang ahli mikrobiologi yang dikenal sebagai Dr. Siouxsie, mengatakan dia tidak pernah mencuci piringnya. Di sisi lain, seorang profesor kimia di AUT, Allan Blackman, berkata, "Saya tidak berpikir itu ide bagus untuk meninggalkan sabun / residu cairan pencuci piring di piring dan peralatan makan Anda. Dan juga, satu bak penuh air akan mengandung banyak bakteri, yang setidaknya akan hilang sebagian dengan membilasnya. ”