Perlu Peta Jalan Baru Untuk Tingkatkan Kesejahteraan Petani di Indonesia
RIAU24.COM - Dalam upaya merespon dampak covid-19 terhadap petani dan masyarakat pedesaan, pada hari Rabu, 24 Juni 2020, Pusat Studi Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Pusdi Perlintan) LPPM UNS bekerjasama dengan Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (Prodi PKP) Fakultas Pertanian UNS, dan Sekretariat Nasional Badan Usaha Milik Petani (BUMP) Indonesia menyelenggarakan Webinar dengan tema “Petani, Pertanian, dan Pedesaan di Era Kenormalan Baru Pasca Pandemi Covid-19. Webinar tersebut diselenggarakan dengan media daring.
Acara tersebut dihadiri oleh ribuan peserta yang berasal dari berbagai Instansi di Seluruh Indonesia. Beberapa instansi tersebut antara lain dari lingkungan kementerian, Lembaga penelitian (LIPI, Balai Pelatihan dan Riset); Lembaga Pendidikan dan Perguruan Tinggi; Dinas Pertanian, Perikanan, Perkebunan, Ketahanan Pangan; Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura; BMKG; BPS; Bumdes, Kelompok Tani, konsultan, praktisi pertanian, swasta dan masyarakat umum. Webinar ini dibuka oleh ketua LPPM, Prof. Dr. Okid Parama Astirin, M.Si
Drs. Samsul Widodo, MA (Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI bertindak sebagai keynote speaker pada acara tersebut. Hadir pula beberapa narasumber antara lain Dr. Ir. Sugeng Edi Waluyo, MM (Ketua Sekretariat Nasional BUMP Indonesia), Hanjar Lukito Jati (Petani/Direktur BUMP PT. Pengayom Tani Sejagad), Warsito Ellwein (Tim Percepatan Pembangunan Propinsi Jawa Tengah), Dr. Sapja Anantanyu, SP, MSi (Dosen Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian), dan Prof. Dr. Ir. Darsono, MS (Guru Besar Ekonomi Pertanian FP UNS, peneliti pada Pusat Studi Perlindungan dan Pemberdayaan Petani LPPM UNS).
Dalam paparannya, Samsul Widodo menjelaskan berbagai masalah ekonomi yang dihadapi oleh desa antara lain rendahnya skala ekonomi, lemahnya akses pasar, Jalur distribusi yang panjang, rendahnya sarana pasca panen, dan kesulitan permodalan. Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut diperlukan bisnis model pengelolaan, distribusi, dan pemasaran produk unggulan perdesaan memalui ekosistem digital.
Senada dengan hal tersebut, Darsono mengungkapkan adanya involusi pedesaan, dimana terjadinya involusi pertanian dan kemiskinan petani di desa secara simultan. Guru Besar Ekonomi Pertanian tersebut menambahkan perlunya membuat peta jalan baru dalam memberdayakan petani baik dalam jangka pendek (menata kembali pertanian kecil modern), jangka menengah (konsolidasi pertanian nasional), dan jangka menengah (perkuatan industri pertanian di pedesaan.
Menurut Warsito Ellwein, yang terpenting untuk meningkatkan kesejahteraan petani adalah pelunya mengubah mindset petani terkait posisinya sebagai produsen pertanian. Sebagai produsen, petani harus memandang aktivitas usaha taninya bukan sekedar way of life tetapi juga sebagai kegiatan bisnis. Selain itu, tentu diperlukan keberpihakan secara politik sehingga petani memiliki posisi tawar.
Dari perspektif penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat, Sapja Anantanyu menekankan perlunya reorientasi model penyuluhan pertanian untuk merespon era kenormalan baru pandemi covid-19. Model tersebut harus memperhatikan beberapa hal antara lain: pemahaman desa dengan lebih baik, pengembangan kelembagaan di pedesaan, perencanaan secara partisipatif, pemberdayaan masyarakat, jalinan kerjasama antar instansi dalam penyuluhan, dan pengembangan integrated farming.
Sugeng Edi Waluyo yang merupakan penggagas, inisiator, implementator, dan pendamping BUMP di Indonesia mengungkapkan bahwa BUMP sebagai inovasi kelembagaan dalam pembangunan pertanian dan pedesaan telah terbukti menjadi solusi atas persoalan-persoalan yang dihadapi oleh pelaku bisnis pertanian.
Dalam webinar tersebut, dia menawarkan skema baru BUMP yang merambah ke pesantren “BUMP Santri”. Pondok pesantren diharapkan mampu mengelola bisnis sendiri. Santri tidak lagi tergantung pada pihak lain, melainkan bisa mandiri bahkan lebih jauh pondok pesantren harus m