Buntut Bentrokan Maut dengan Tentara India, China Bakal Kena Boikot
RIAU24.COM - Perundingan politik dan militer kembali digelar antara dua negara China dan India untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan itu. Hal ini dilakukan karna hampir sepekan pasca insiden bentrokan berdarah antara kedua negara di Ladakh, perbatasan kedua negara.
Mengutip laporan Sputnik News yang dikutip VIVA Militer, perundingan dihadiri oleh sejumlah perwira tinggi Angkatan Bersenjta India (BSS) dan Tentara pembebasan Rakyat China (PLA) di Moldo, wilayah China dekat Garis Aktual Kontrol (LAC), Senin 22 Juni 2020.
Perundingan ini diketahui adalah yang pertama sejak 58 tahun silam. Dialog perdamaian antara China dan India terjadi pasca kekalahan India di Perang Sino-India 1962.
Perwira tinggi militer India disebut mendesak agar China menarik mundur pasukannya. Sebab, pihak India yakin bahwa tentara China yang melakukan serangan lebih dulu. Meski di sisi lain, China menuding tentara India yang menjadi biang keroknya.
20 orang tentara India tewas dalam peristiwa di Lembah Galwan, Ladakh. Meski hingga saat ini belum ada data berapa jumlah korban dari pihak China, PLA meyakini bahwa ada 40 orang tentaranya yang tewas.
Buntut dari insiden itu, gelombang protes pun gencar digelar masyarakat India. Partai Bharatiya Janata, yang merupakan partai nasionalis China, menyerukan boikot terhadap produk-produk China.
Tak cuma itu, Partai Bharatiya Janata juga mendesak agar pemerintah China mengambil langkah boikot terhada perusahaan-perusahaan China, dan proposal investasi Negeri Tirai Bambu di India. Akibatnya, China terancam mengalami kerugian 530 juta Poundsterling, atau setara dengan Rp9,4 triliun.