Menu

Rahasia Terungkap Lagi, Donald Trump 'Beri Restu' Israel Serang Iran

Siswandi 22 Jun 2020, 11:20
Benyamin Netanyahu-Donald Trump
Benyamin Netanyahu-Donald Trump

RIAU24.COM -  Mantan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton, kembali mengungkapkan sikap Presiden Donald Trump, Kali ini, ia menyebut Trump telah memberi 'restu'  kepada Israel untuk menyerang Iran. 

Hal itu merupakan salah satu materi yang ada dalam bukunya "The Room Where it Happened". Buku ini dikabarkan telah membuat kehebohan di Amerika Serikat. Sebelumnya, masih dalam buku yang sama, Bolton juga mengungkapkan tentang Trump yang meminta dukungan dari Presiden Xi Jinping, agar mendukungnya dalam Pilpres AS yang akan digelar dalam waktu dekat ini. 

Dilansir detik yang mengutip timesofisrael, Senin 22 Juni 2020, dalam sebuah manuskrip memoar Bolton yang bocor, Trump disebut-sebut memberi lampu hijau kepada Perdana Israel Menteri Benjamin Netanyahu untuk menyerang Iran.

Menurut Bolton, pada Juni 2017 lalu, Trump mengatakan bahwa ia telah menjanjikan dukungannya untuk tindakan Israel seperti itu dalam pembicaraan langsung dengan Netanyahu. Namun, dalam buku itu Bolton juga mengatakan, bahwa Trump meminta Bolton untuk mengingatkan Netanyahu tentang sikapnya.

"Saya memperingatkan Trump agar tidak menyia-nyiakan modal politik dalam upaya sulit untuk menyelesaikan perselisihan Arab-Israel dan sangat mendukung pemindahan kedutaan AS di Israel ke Yerusalem, dengan demikian mengakui itu sebagai ibukota Israel," tulis Bolton.

Sebelumnya, diberitakan bahwa banyak rahasia Trump yang diungkap oleh Bolton dalam buku ini. Namun, Trump sendiri sudah membantahnya dan menyebut buku itu fiksi murni.

Dilansir AFP, pada Jumat (19/6/2020), Departemen Kehakiman AS mengajukan gugatan hukum ke pengadilan federal di Washington DC pada Selasa (16/6) waktu setempat untuk mencegah penerbitan buku Bolton tersebut.

Departemen Kehakiman AS berargumen bahwa penerbitan buku berjudul 'The Room Where It Happened: A White House Memoir' itu berisiko 'membahayakan keamanan nasional' melalui pengungkapan informasi rahasia yang diakses Bolton selama 17 bulan menjabat di Gedung Putih. ***