Menu

Heboh 21 Juni Kiamat Versi Suku Maya, Ini Komentar Lembaga Antariksa Indonesia

Riki Ariyanto 21 Jun 2020, 10:27
Heboh 21 Juni Kiamat Versi Suku Maya, Ini Komentar Lembaga Antariksa Indonesia (foto/int)
Heboh 21 Juni Kiamat Versi Suku Maya, Ini Komentar Lembaga Antariksa Indonesia (foto/int)

RIAU24.COM -  Sedang heboh pembahasan prediksi kiamat versi Suku Maya jatuh pada 21 Juni 2020. Dalam teori konspirasi disebut sistem kalender suku Maya menunjukkan pada 21 Juni 2020 terjadi kiamat bahkan muncul planet Nibiru.

Dilansir dari CNN Indonesia, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menbebut teori konspirasi yang digaungkan Paolo Tagaloguin soal kiamat akan terjadi pada 21 Juni 2020 tak masuk akal. Menurut peneliti LAPAN Rhorom Priyatikanto, Tagaloguin cuma mencocok-cocokkan saja tanpa dasar yang kuat.

zxc1

"Pemikiran Tagaloguin yang menggunakan aturan kalender Julian tidak masuk akal. Hanya cocok-mencocokkan tanpa dasar yang kuat," sebut Rhorom ketika dihubungi, Jumat (19 Juni 2020).

Sebelumnya, ramai cuitan di akun Twitter pribadi, Paolo menyebut dirinya sudah menghitung ulang tanggal berakhirnya kalender Long Count Mesoamerika. Paulo mencatat ada perbedaan dalam cara perhitungan kalender.

zxc2


Makanya tak sedikit kalangan yang mengatakan tanggal sebenarnya kalender Maya berakhir pada 21 Juni 2020 tepatnya harinini. Bahkan Paolo melakukan perhitungan lewat kalender Julian. Lewat kalender tersebut, saat ini Bumi masih ada di tahun 2012.

Bagi peneliti LAPAN Rhorom menjelaskan sebetulnya periode Bumi mengitari Matahari atau juga bisa disebut satu tahun tropis, rata-rata adalah 365,2422 hari. Tetapi diterjemahkan jadi satu tahun Julian yaitu 365,25 hari.

Makanya ada selisih 0,0078 hari sebab perhitungan astronomi yang terbatas ketika itu. Selanjutnya Rhorom menyebut beberapa waktu ini para ahli teori konspirasi memakai satu tahun Gregorian yakni 365,2425 hari, selisihnya hanya 0,0003 hari.

Makanya Rhorom menegaskan bahwa sistem kalender yang ditetapkan suku Maya berbeda dengan kalender lain. "Satuan waktu dalam kalender Maya tentu berbeda, tidak bisa serta-merta dicocok-cocokkan dengan sistem kaledar lain tanpa dasar yang jelas," sebut Rhorom.

Isu 'kiamat' ini tentunya jadi topik yang meresahkan. Sebab kiamat diartikan sebagai hari kehancuran alam semesta serta menuju hari kebangkitan umat.

Menyadari hal itu Rhorom berpesan seluruh masyarakat tak langsung percaya teori-teori konspirasi tentang kiamat apalagi dikaitkan dengan Suku Maya. "Jangan mudah termakan teori konspirasi. Itu hanya untuk olahraga otak," sebut Rhorom.

Profesor Arkeologi Mesoamerika di Institut Arkeologi UCL, Inggris, Elizabeth Graham juga menegaskan perhitungan ulang Tagaloguin tak masuk akal. Sebab suku Maya menghitung hari, bukan tahun, Kalender Maya mengacu pada akhir putaran atau siklus kalender utama yang disebut baktun.

"Baktun adalah 144 ribu hari. Bangsa Maya tidak menghitung dengan apa yang kita sebut sebagai 'tahun'. Mereka hanya menggunakan hari. Jadi mereka tidak perlu khawatir tentang 'tahun' memiliki jumlah hari yang tidak tepat," sebut Profesor Graham.

Tanggal asli kalender Long Count Mesoamerika mestinya berakhir pada 21 Desember 2012. Sesungguhnya, suku Maya kuno percaya bahwa pada titik ini. Beberapa menafsirkan hal itu sebagai kiamat, tetapi sebagian besar ahli percaya itu menandai era baru. Dirinya menegaskan Suku Maya tak pernah meramalkan kiamat.