Kenangan Tersisa dari Jenderal Pramono Edhie, Libas Kongkalikong Seputar Tank Leopard
Tapi, karena sang Jenderal tak bersedia mengikuti skenario mereka dan membelinya langsung ke negara produsen, jumlah tank yang bisa dibeli bisa lebih banyak.
"Kerugiannya bisa lebih dari 30 persen, karena itu Pak Pramono Edhie ingin mengubah kebiasaan membeli alutsista dari agen," tulis Rajab Ritonga dalam bukunya, 'Pramono Edhie Prabowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan'.
DilansIr detik Minggu 14 Juni 2020, untuk menghindari para agen atau broker yang menawarkan harga lebih mahal, Pramono Edhie mengutus Wakil KSAD Letjen Budiman ke pabrik Leopard di Jerman.
Dari kunjungan itu disepakati bahwa pembelian langsung tanpa pihak ketiga.
Langkah itu juga ternyata tak berjalan mulus. Pasalnya, belakangan muncul narasi yang berkembang di tengah masyarakat, yang menyebutkan pembelian Leopard seolah-olah keliru dan tak sesuai dengan kondisi alam di Indonesia.
Sejumlah jembatan di tanah air yang dilintasi tank berbobot 60 ton akan ambrol. Tank itu juga tak akan mampu bermanuver dengan maksimal dengan medan di Indonesia yang berbukit-bukit. Tank Lepoard disebut lebih cocok untuk negara-negara timur tengah yang medannya berpasir.