RIAU24.COM -   Ketika semakin banyak kelas mulai bermigrasi ke online dalam upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19, perbedaan antara mereka yang memiliki hak akses ke Internet dan mereka yang tidak menjadi semakin jelas. Bahkan, laporan tentang keluarga kurang mampu yang terpaksa melakukan berbagai hal untuk memastikan bahwa anak-anak mereka memiliki fasilitas yang diperlukan untuk memungkinkan mereka melanjutkan sekolah online.

Seperti kasus seorang gadis kecil dari keluarga kurang mampu, yang keadaannya baru-baru ini dibagikan secara online oleh seorang netizen Thailand yang bekerja di sebuah kios ponsel. Ketika gadis kecil itu berjalan ke konter, dia menawarkan setumpuk uang receh dan uang kertas kusut ke atas meja.

"Saya ingin membeli telepon baru," katanya sopan.

Petugas itu, bingung bahwa dia akan membawa begitu banyak uang untuk membeli telepon baru, bertanya apakah dia berencana menggunakannya untuk bermain game mobile, seperti yang dilakukan kebanyakan anak hari ini.

"Tidak, aku membutuhkannya sehingga aku bisa bergabung dengan teman-teman saya secara online dalam pembelajaran secara elektronik." dia menjawab.

Bahkan, kakeknya, yang menemaninya ke kios, bertanya apakah mungkin bagi mereka untuk membayar dengan uang receh, khawatir bahwa toko hanya akan menerima pembayaran kartu kredit.

Cerita, yang sejak itu menyebar seperti api di media sosial, menyoroti bagaimana e-learning menjadi hal yang menyulitkan bagi siswa yang miskin karena tidak mampu membeli alat yang diperlukan untuk memungkinkan mereka belajar secara online. Banyak netizen juga menyinggung tentang fakta ini, dan menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat dengan mudah melakukan e-learning.