Kematian Anak-Anak di Indonesia Akibat Virus Corona Terhitung Tinggi, Penyebabnya Bikin Hati Jadi Miris
RIAU24.COM - Temuan mengejutkan diungkapkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terkait korban virus Corona Covid-19 dari kalangan anak-anak. Pasalnya, jumlah anak yang terdeteksi positif virus corona di Indonesia ternyata tidak sedikit. Namun yang membuat miris, kondisi ini terjadi karena diduga akibat tidak adanya kepedulian dan tidak adanya kesadaran terhadap pada kesehatan anak-anak di Tanah Air.
Seperti diungkapkan Ketua Umum IDAI, dr Aman B Pulungan, pihaknya menelusuri dan menghitung secara mandiri data COVID-19 pada anak Indonesia. Hasilnya, setidaknya ada sebanyak 3.324 anak yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) hingga 18 Mei 2020 lalu. Dari jumlah itu, sebanyak 129 meninggal dunia.
Sedangkan jumlah anak yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 tercatat sebanyak 584 anak. Dari jumlah itu, sebanyak 14 anak telah meninggal dunia.
Namun hingga per 1 Juni 2020, kasus itu diperkirakan telah bertambah lagi. Hal itu setelah IDAI menemukan jumlah kematian anak yang menjadi pasien Covid-19 di Indonesia telah naik menjadi 26 orang. Sedangkan kasus anak yang meninggal dengan status PDP juga naik meningkat, setidaknya ada 160 anak yang dinyatakan meninggal dunia dengan status PDP.
"Tidak pernah ada dokter anak yang mengatakan anak tidak rentan atau COVID-19 tidak berakibat fatal pada anak, jadi berarti ada ignorance (ketidakpedulian, red) dan unawareness (ketidaksadaran) pada kesehatan anak Indonesia selama ini," ujar dr Aman B Pulungan, dilansir detik yang merangkum abcnews, Kamis 4 Juni 2020.
"Mungkin selama ini yang dilihat adalah data di dunia yang sistem kesehatannya bagus," tambahnya.
Tidak hanya itu, IDAI juga mengatakan angka tersebut menunjukkan tingkat kematian anak akibat Covid-19 yang paling tinggi di antara negara-negara di Kawasan Asia Tenggara. Di beberapa negara seperti Malaysia, Vietnam dan di Singapura, malah tercatat nol kasus anak yang meninggal dunia akibat COVID-19.
Secara global, sejumlah penelitian ilmiah dan pemberitaan hanya mencatat dua orang anak di China dan empat orang anak di Amerika Serikat karena virus tersebut. Untuk kasus di AS. tiga dari empat anak yang meninggal di Amerika Serikat, selain terkonfirmasi positif COVID-19, juga mengalami sindrom inflamasi yang meskipun dipercaya berhubungan dengan virus corona, tapi belum bisa dijelaskan kaitannya secara lebih jelas oleh para dokter.
Jauh Lebih Tinggi
Dalam konteks Indonesia, dr Aman menduga jumlah kasus COVID-19 pada anak jauh lebih tinggi dari catatan IDAI atau catatan pemerintah. Hal disebabkan masih sedikitnya jumlah tes yang sudah dilakukan ditambah dengan data yang terbatas.
Dari data yang dimiliki IDAI, kasus terbanyak ditemukan di DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Barat, karena data dari Dinas Kesehatan Provinsi keduanya cenderung lebih tersedia dan lengkap dibanding daerah lain.
Untuk keperluan ekstrapolasi data secara akurat, pihaknya menyarankan pemerintah dan pihak swasta melakukan pemeriksaan rt-PCR secara massif, yakni 30 kali lipat dari jumlah kasus konfirmasi Covid-19, termasuk juga pada kelompok usia anak. ***