Hidup di Rumah Berlantai Tanah, Istri Sakit Kanker Otak, Petani Miskin Ini Tolak BLT Karena Merasa Masih Mampu Bekerja
RIAU24.COM - BLORA - Di saat banyak orang mampu merasa dirinya miskin dan menuntut bantuan sembako, petani miskin di Blora, Jawa Tengah ini justru bersikap sebaliknya, Ia menolak Bantuan Langusng Tunai (BLT) karena masih merasa mampu bekerja.
Sosok yang berhati lapang ini adalah pasangan Bambang dan Siswati. Mereka tercatat sebagai warga Dukuh Jagong RT 11/3, Desa Pengkoljagong, Kecamatan Doplang. Sebagaimana warga miskin pada umumnya, rumah mereka tak besar. Lantai masih beralaskan tanah dan berbilik papan kayu. Ironisnya lagi, sang istrin tengah terbaring tak berdaya di tempat tidur karena menderita kanker otak.
Meja dan kursi tamu yang terbuat dari kayu juga tampak seadanya. Cat pelitur warna cokelat di meja dan kursi sudah pudar bercampur debu. Sudah barang tentu, karena mebel itu langsung diletakkan di atas lantai tanah. Tanpa dilapisi karpet sebagaimana rumah-rumah gedongan.
Di samping meja dan kursi itu juga terlihat tempat tidur atau dipan sederhana. Ruang kecil itu tak hanya digunakan untuk menerima tamu namun juga sekaligus tempat tidur. Hal yang biasa terjadi pada keluarga miskin, menyatukan banyak ruang karena terbatasnya keuangan. Jangan bandingkan dengan rumah gedongan.
Tempat tidur yang digunakan berbaring Siswati tak kalah memprihatinkan. Kasur lusuh ditutup sprei seadanya. Beberapa bantal tampak mengganjal kepala dan leher Siswati agar posisi berbaringnya lebih nyaman.
Kain kelambu di atas dipan untuk mencegah nyamuk hanya dicantolkan dengan dinding. Sementara untuk sudut lainnya disangga kayu yang dilangsung ditancapkan ke lantai tanah. Meski tak teratur dan terkesan berantakan, namun fungsi utamanya terpenuhi. Melindungi Siswati dari gigitan nyamuk.
Kelambu ini juga berperan ganda, termasuk menutupi dari sengatan cahaya matahari yang menerobos dinding kayu. Papan yang tak rapat dan beberapa lubang, menjadikan pancaran sang surya menyorot sejak pagi hingga menjelang Magrib.
Untuk mengusir hawa panas, sebuh kipas angin berdiri di samping dipan. Putaran baling-baling cukup ampuh menjadikan angin bertiup sepoi-sepoi meski bercampur debu lantai.
Pemandangan itu semua terlihat oleh Wakil Bupati Blora Arief Rohman melakukan kunjungan pada Kamis 21 Mei. Arief mengaku bersimpati dengan keluarga petani itu karena berjiwa besar untuk mundur dari daftar penerima BLT Dana Desa.
Bahkan dengan kesadaran diri Bambang dan atas persetujuan istrinya membuat surat pernyataan tertulis bermaterai. Surat itu kemudian diserahkan kepada Kepala Desa Pengkoljagong Sugiyono agar mencoret dari daftar penerima bantuan sosial.
“Kami masih bisa kerja Pak. Istri saya juga menyetujui, sehingga lebih baik kami mundur dari daftar penerima bantuan itu. Supaya bisa diberikan kepada orang lain yang lebih berhak dan sudah tidak bisa bekerja,” ucap Bambang.
Padahal ketika di jenguk Wakil Bupati Blora, kondisi istrinya Siswati sedang terbaring sakit di dipan karena kena kanker otak. Kondisinya tampak lemah karena dirawat seadanya oleh suami bersama keluarga.
“Ya memang istri saya sedang sakit, sudah satu tahunan. Sudah pernah berobat ke Solo. Tapi sekarang berhenti karena memang kondisinya sedang seperti ini, wabah dimana mana jadi ya di rumah saja dulu,” ujar Bambang seperti dilansir okezone.
Mendengar penuturan itu, Arief Rohman mengapresiasi kegigihan Bambang dan istrinya. Meski sebagai petani dan penarik mesin traktor, namun Bambang beserta istri masih cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah masa pandemic Covid-19.
“Kemarin saya dapat kabar dari teman bahwa ada warga Pengkoljagong yang mundur dari BLT Dana Desa, sehingga kita tinjau dan ternyata Pak Bambang ini semangat kerjanya top. Masih giat bertani, sebagai penarik mesin traktor,” lugasnya.
“Kami doakan semoga pekerjaannya lancar, banyak job, dan Bu Siswati bisa segera menjalani pengobatan lanjutan sehingga sehat kembali, aamiin,” papar dia.***