Ladies, Jika Suami Anda Berselingkuh Jangan Sepenuhnya Menyalahkan Pelakor, Ini Alasannya...
RIAU24.COM - Saat ini, perselingkuhan sudah menjadi hal lazim yang terjadi di Indonesia. Menurut seorang Psikolog Klinis dan Praktisi Hipnoterapi di Dharmawangsa Mental Health Clinic, Liza M Djaprie, 80 persen perselingkuhan bisa terjadi karena hubungan suami dan istri yang berjarak. Sementara 20 persen lagi disumbangkan oleh tingkah pria itu sendiri. "Ada memang pria yang tidak bisa berkomitmen. Mau pasangan secantik kayak apa, dia tidak pernah puas" kata Liza.
Pelakor (perebut laki orang) tidak bisa begitu saja disalahkan saat suami Anda ketahuan selingkuh. Boleh saja menilai perempuan idaman lain (PIL) suami Anda itu jahat dan tega, tapi Anda juga harus menyadari, pelakor tidak akan ada jika hubungan Anda dan suami baik-baik saja.
Padahal menurut Liza, perselingkuhan tidak bisa dilakukan sendirian. Setidaknya ada minimal dua orang yang terlibat.
"Jika hanya mencemooh pihak wanita selingkuhan, berarti kita seolah-olah sepakat bahwa saat perselingkuhan terjadi, semua kesalahan terletak pada wanita "yang mencuri suami orang" dan si suami hanya diam saja diperebutkan seperti boneka. Karena ketika (hubungan suami istri) ada gap dan jarak, kekosongan di antara suami dan istri itu (akan) diisi oleh orang lain (pelakor)," kata Liza.
Tapi mengapa yang disalahkan di sini hanya orang ketiga? Mengapa masyarakat hanya memandang buruk pada wanita yang disebutnya pelakor? Mengapa tidak membenci dan menghina sang pria (suami), padahal sangat nyata bahwa kesalahan terletak pada kedua belah pihak.
Pria yang berhidung belang tidak boleh dibela dan dipertahakan. Mereka juga harus mendapatkan balasan yang sepadan dengan apa yang telah mereka lakukan. Dengan seenak hatinya, bermodalkan harta, mengorbankan keluarga, mencari wanita lain yang lebih cantik dan muda. Hal ini seperti mendukung slogan "kalau cantik dan muda jadi pelakor kalau jelek dan tua ditinggal di rumah".