Usai Gegar Otak, Pria Berandalan Ini Malah Jadi Jenius
RIAU24.COM - Namanya adalah Jason Padgett. Pria asal Washington, Amerika Serikat ini awalnya hanya seorang salesman dengan kehidupan yang tidak teratur. Masa mudanya banyak dihabiskan dengan bersenang-senang, pesta, mabuk-mabukan, dan wanita.
Dia tak pernah menyukai matematika. Menurutnya, matematika tak pernah bisa digunakan dalam dunia nyata. Namun, kisah hidupnya berubah drastis pada Jumat malam, tanggal 13 September 2002.
zxc1
Saat itu, dia bersama teman-temannya yang baru keluar dari bar diserang dan dirampok oleh dua orang pria tak dikenal. Salah satu perampok memukul kepalanya. Seketika pandangannya kabur dan seperti melihat kepulan cahaya putih.
"Selanjutnya yang saya tahu, saya berlutut dan semua berputar. Saya tidak tahu saya di mana dan bagaimana keadaannya saya," katanya, dikutip dari Liputan6.com.
Dia pun berjalan terhuyung-huyung ke sebuah rumah sakit di seberang jalan. Dokter memberi tahu bahwa dia mengalami gegar otak dan pendarahan ginjal akibat pukulan keras di area perutnya. Dokter pun memberikan suntikan dan obat penghilang rasa sakit, lalu mengizinkannya pulang.
zxc2
Tapi begitu di rumah, Padgett mengalami perubahan sikap yang dramatis. Cedera otak traumatis yang dia alami menyebabkan gangguan Obsessive Compulsive Disorder (OCD).
Dalam kasus tersebut, Pagett menjadi takut pada dunia luar dan hanya akan meninggalkan rumahnya ketika akan belanja persediaan dan bahan makanan. Bahkan dia menutup jendelanya dengan selimut dan handuk. OCD juga telah membuat Padgett merasakan ketakutan berlebihan terhadap kuman, dia menjadi sering mencuci tangan dan segala hal yang dirasa kotor.
Selain itu, dia juga mengalami hal luar biasa lainnya. Awalnya Padgett dikenal sebagai pemuda brandalan, namun tiba-tiba punya otak jenius. Cedera kepala hebat yang dialami Padget membuatnya dapat memvisualisasikan objek sebagai matematika dan konsep fisika yang intuitif.
"Segala sesuatu yang melengkung tampak seperti gambar pixel. Air yang mengalir ke selokan tidak lagi terlihat seperti sesuatu mengalir, tapi seperti tampak seperti garis-garis singgung kecil," ungkapnya.
Hal yang sama terjadi pada awan, sinar matahari di antara pohon dan genangan air. Baginya, dunia pada dasarnya tampak seperti video game retro. Dia mengaku terkejut dan bingung, namun juga menakutkan dalam waktu yang sama. Karena penglihatan-penglihatannya tersebut, Padgett mulai memikirkan pertanyaan-pertanyaan besar terkait matematika dan fisika.
Dia yang mengurung diri ini hanya memanfaatkan internet sebagai sumber informasi, serta buku untuk mendapat banyak pelajaran mengenai matematika. Secara tidak sengaja, dia menemukan laman web tentang fraktal. Ini adalah konsep matematika yang sangat sulit seperti salju.
Saat melihat salju secara lebih dekat, maka akan terlihat kepingan dengan formasi yang terus menerus hingga bagian terkecilnya secara tak terbatas. Padgett pun terus mengeksplorasi dengan menggambarnya.
"Saya punya lebih dari ribuan gambar lingkaran, fraktal, setiap bentuk yang bisa saya gambar. Itu satu-satunya cara saya bisa mengomunikasikan secara efektif apa yang saya lihat," ujarnya.
Padgett percaya gambar-gambarnya adalah kunci alam semesta dan sangat penting, sehingga dia terus membawanya ke mana-mana. Suatu hari, dia didekati oleh seorang pria yang mengatakan kepadanya bahwa gambarnya tampak matematis. Pria itu adalah seorang fisikawan dan tahu mengenai matematika tingkat tinggi yang digambar Padgett.
Pria itu mendesaknya mengambil kelas matematika, sehingga membuat Padgett mendaftar dan mulai belajar tentang obsesinya tersebut. Kehidupannya mulai berubah setelah 3,5 tahun hidup seperti pertapa virtual. Dia mulai mendapatkan bantuan psikologis untuk OCD yang dideritanya dan bertemu dengan wanita yang kelak akan menjadi istrinya.
Salah satu profesor dari University of Miami yang mendalami kasus Padgett, Berit Brogaard mengatakan bahwa dalam studi medis diketahui hanya ada sekitar 15 sampai 25 kasus sindrom savant yang tercatat. Brogaard juga berhipotesis bahwa Padgett menderita sinestesia.
Kondisi ini disebabkan oleh koneksi antar bagian otak yang tidak ada pada orang lain. Brogaard percaya bahwa cedera otak ini menyebabkan Padgett dapat mengembangkan suatu bentuk sinestesia, di mana hal-hal tertentu memicu penglihatan rumus matematika atau bentuk geometris, baik dalam pikirannya atau yang diproyeksikan. Dia juga berhipotesis bahwa sinestesia menjadikan Padgett orang yang berbakat.
"Kebanyakan dari kita tidak memiliki wawasan atau bakat seperti itu karena kita tidak memvisualisasikan rumus matematika," kata Brogaard.
Brogaard membawa Padgett ke Unit Penelitian Otak Universitas Aalto di Helsinki. Dia ingin menguji hipotesisnya dengan menjalani serangkaian pemindaian otak secara MRI. Dia menemukan aktivitas signifikan di area hemisphere kiri, tempat di mana tersimpan kemampuan matematik. Menurut Brogaard hal ini bisa dipicu setelah gegar otak dan beberapa neuron otak Padgett mati.
Dalam studi yang lain terlihat bahwa ketika ada neuron otak mati, ia akan melepaskan senyawa kimia yang bisa meningkatkan aktivitas di area otak sekitar. Peningkatan aktivitas tersebut biasanya akan menghilang pelan-pelan, namun terkadang bisa terjadi perubahan struktural di otak sehingga efeknya menjadi permanen
Hipotesis yang diungkapkan oleh Brogaard pun ternyata benar. Padgett secara resmi didiagnosis dengan acquired savant syndrome dan suatu bentuk sinestesia.
Sementara sejak didiagnosa, Padgett menerbitkan sebuah buku tentang pengalamannya, berjudul Struck by Genius. Dia juga berkeliling dunia untuk memberi tahu orang-orang tentang kisahnya dan mengajar matematika. Selain itu, dia turut merintis perusahaan bernama Outliers yang membantu memproduksi film tentang orang-orang yang memiliki kisah hidup yang unik atau menarik seperti dirinya.
Jika benar, kisah ini adalah sebuah keajaiban, lantaran kecelakaan yang dialaminya membuat dirinya menjadi salah satu orang jenius yang dikenal dunia.