Menu

Peneliti Indef Setuju Pendapatan ASN Dipotong Untuk Penanganan Covid-19

Alwira 3 May 2020, 11:40
pendapatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dinilai sangat relevan dan sangat dibutuhkan dalam penanganan COVID-19 secara nasional (foto/Int)
pendapatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dinilai sangat relevan dan sangat dibutuhkan dalam penanganan COVID-19 secara nasional (foto/Int)

RIAU24.COM - Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai usulan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terkait pemotongan pendapatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dinilai sangat relevan dan sangat dibutuhkan dalam penanganan COVID-19 secara nasional.

zxc1

Menurut dia, cara seperti itu telah diterapkan di beberapa negara maju, terutama di kawasan Eropa.

Dia menjelaskan, anggaran penanganan COVID-19 secara nasional sangat besar, terlebih belum ada satupun yang bisa menetapkan kapan berakhirnya pandemi ini. Untuk mendapatkan anggaran besar dalam waktu singkat, kata Enny, cara yang paling efektif bukan melakukan pinjaman, tapi merealokasi anggaran.

zxc2


Salah satu langkah merealokasi anggaran tersebut adalah seperti yang diusulkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dengan melakukan pemotongan pendapatan ASN.

"Yang diusulkan pak Ganjar itu sangat relevan dan sangat dibutuhkan. Itu juga sudah dilakukan banyak negara, negara tetangga kita hampir semuanya dan negara Eropa demikian," ujar Enny, Sabtu (2/5/2020) malam.

Enny seperti yang dimuat Sindonews.com menerangkan, kalau di negara maju, gaji pejabatnya langsung di cut off atau dipotong otomatis untuk penanganan COVID-19. Menurutnya, di Indonesia sangat memungkinkan melakukan hal serupa, sebagaimana yang jadi usulan Ganjar, terutama dari pejabat eselon dan kepala daerah bukan dari ASN golongan 1 sampai 3.

"Dipotong tunjangannya, karena dampak atau hasil pemotongan tunjangan itu akan sangat signifikan. Kalau yang gaji pokok, sukarela saja. Karena kalau tunjangan itu kan tidak akan menggangu kemampuan finansial mereka," terangnya.

Tanpa adanya suntikan dana dari realokasi anggaran tersebut, selain berdampak buruk pada penanganan pagebluk, juga akan menambah penduduk miskin di negeri ini. Padahal utang luar negeri di saat inipun sangat tidak memungkinkan.

"Jika pemotongan tunjangan jabatan itu langsung di cut off, 20 persen saja misalnya, dan itu dilakukan secara nasional maka penanganan COVID-19 ini akan mendapatkan tambahan anggaran yang cukup signifikan," sebutnya.

Maka hal tersebut akan lebih baik jika apa yang diusulkan Ganjar tersebut dibahas lebih mendalam oleh pemerintah pusat.

"Bila jadi kebijakan, sebaiknya yang tunjangan terutama tunjangan jabatan yang dipotong. Karena setelah Pandemi selesai, pasti memerlukan lagi anggaran pemulihan. Nah singkat kata, anggarannya itu dibutuhkan sangat besar. Maka relokasi dan realokasi anggaran itu memang menjadi satu-satunya pilihan," jelasnya. (R24/Wira)