Menu

Gara-gara Ini, India Akhirnya Batal Pesan Alat Tes Corona dari China

Siswandi 29 Apr 2020, 14:31
Rapid test (ilustrasi)
Rapid test (ilustrasi)

RIAU24.COM -  Pemerintah India memutuskan untuk membatalkan pesanan alat uji cepat (rapid test) virus Corona (COVID-19) dari China. Hal itu setelah ditemukan peralatan yang diiimpor dari negara Tirai Bambu itu, ditemukan dalam kondisi rusak. Selain itu, tingkat akurasi alat tersebut dinilai hanya 5 persen.  

Selain membatalkan, pemerintah India juga menarik perlengkapan uji cepat virus yang sudah digunakan di beberapa negara bagian.

Untuk diketahui, India saat ini memiliki 31.324 kasus positif virus Corona, dengan 1.008 kasus kematian. Demikian data dari Research Center Johns Hopkins University.

Dilansir detik dari bbcnews, Rabu 20 April 2020, alat uji cepat COVID-19 ini disinyalir dapat mendeteksi antibodi dalam darah, yang mungkin terinfeksi virus Corona. Hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk mendapatkan hasilnya. Hal itulah yang kemudian membuat alat ini dinilai bisa membantu petugas secara cepat, untuk memahami skala infeksi di wilayah tertentu.

Namun, menurut banyak ilmuwan, rapid test tersebut tidak dapat menguji virus Corona dalam tubuh atau digunakan untuk mendiagnosis COVID-19 pada pasien. Kit tes tersebut juga juga gagal dalam pemeriksaan kualitas oleh Dewan Penelitian Medis India (ICMR).

Sebelumnya, negara bagian di India mendorong ICMR untuk mengizinkan pengujian dengan kit uji cepat COVID-19. ICMR yang awalnya menolak, akhirnya membuka jalan dengan mengimpor kit dari dua perusahaan China.

Sayangnya, setelah diimpor, kit uji cepat COVID-19 hanya memiliki tingkat akurasi sekitar 5 persen. India bahkan menggunakan kit uji coba tersebut kepada pasien yang sudah positif, namun hasil tes malah menunjukkan hasil 'negatif'. 

Sementara itu, pihak China telah menolak klaim India atas tes kit yang rusak. "Kualitas produk medis yang diekspor dari China diprioritaskan. Tidak adil dan tidak bertanggung jawab bagi individu-individu tertentu untuk menyebut produk-produk China sebagai 'salah' dan melihat masalah dengan prasangka yang belum terjadi," ujar juru bicara kedutaan besar China Ji Rong. ***