Lebih Buruk Dari Perang, Kelaparan Tumbuh di Libanon Bersama Dengan Kemarahan Warga
RIAU24.COM - "Kami belum pernah melihat hari-hari gelap ini," kata Souzan, ibu dua anak berusia 50 tahun.
Berbicara melalui telepon dari rumah kecilnya di pinggiran selatan Beirut, sebulan memasuki kuncian gi negara itu untuk membendung penyebaran COVID-19, Souzan menceritakan kondisi mengerikan yang dihadapinya dan ribuan orang Lebanon.
"Ini lebih buruk daripada perang," katanya seperti dilansir dari Al Jazeera.
Enam bulan terakhir telah membawa kesulitan yang tak terlihat di Libanon bahkan selama hari-hari pahit dari konflik sipil 15-tahun yang berakhir pada 1990. Dekade korupsi dan salah urus keuangan oleh panglima perang yang berubah menjadi politisi dan komplotan elit bisnis yang digabungkan dengan perang berikutnya di Suriah telah menjerumuskan ekonomi Lebanon ke dalam krisis terburuk.
Mata pencaharian yang sudah porak poranda kini terjadi di bawah gangguan ekonomi pandemi coronavirus, memaksa orang-orang seperti Souzan - yang meminta nama keluarganya tidak digunakan - untuk mencari bantuan untuk pertama kalinya dalam hidup mereka.
Sebagian kecil dari mereka yang membutuhkan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan pemerintah. Tetapi garis hidup yang dijanjikan dari negara belum terwujud bagi puluhan ribu orang, dan teriakan minta tolong di negara itu semakin bertambah putus asa.