Bikin Kaget, Masyarakat di Negara Ini Ternyata Makin Ogah Menikah, Sekarang Sudah Catat Rekor Terendah dalam Sejarah
RIAU24.COM - Sebuah data mengejutkan diungkapkan Kantor Statisik Nasional Inggris (NSO), baru-baru ini. Data itu menunjukkan, masyarakat di negara itu ternyata makin malas menikah, atau dengan kata lain menikah makin tak laku lagi. Bahkan, tingkat pernikahan di Inggris tengah mengalami penurunan drastis hingga menciptakan rekor terendah sepanjang sejarah negara itu berdiri.
Dilansir viva yang mengutip independent, Rabu 15 April 2020, angka tersebut dihitung selama lima tahun belakangan.
zxc1
Data itu diawali dengan pernikahan yang terjadi di Inggris dan Wales pada tahun 2017 lalu, Ketika itu, terhitung ada total 242.842 pernikahan yang terdaftar. Jumlah itu pun sebenarnya sudah menunjukkan angka penurunan sebesar 2,8 persen, dibanding setahun sebelumnya, yakni tahun 2016.
Pada tahun 2017 juga, ONS mencatat ada 6.932 pernikahan yang terdaftar dengan kategori sesama jenis. Dari jumlah itu 44 persen adalah pernikahan sesama pasangan laki-laki dan 56 persen pasangan sesama perempuan. Angka itu juga mengalami penurunan dibanding tahun 2016, yang mencatatkan ada 7.019 pernikahan.
Yang mengejutkan, data ini ternyata sekaligus menunjukkan tren penurunan jangka panjang yang berkelanjutan. Hasilnya, pernikahan antara pasangan berbeda jenis jika dihitung sejak tahun 1972, telah mengalami penurunan hingga 45 persen.
Selain itu, data ONS itu juga menunjukkan, untuk pernikahan dengan usia 30 tahun ke bawah, lebih didominasi kaum perempuan. Sedangkan untuk pernikahan dengan usia 30 tahun ke atas, didominasi kaum pria.
Selain itu, data itu juga menunjukkan, selama satu dekade terakhir juga terjadi penurunan tajam dalam jumlah pernikahan kategori lawan jenis antara pria dan wanita di bawah umur 20 tahun. Angka penurunan terhitung ada 57 persen untuk pria dan 62 persen untuk wanita.
Sebaliknya, tingkat pernikahan untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas, malah meningkat. Terjadi peningkatan hingga 31 persen untuk pria dan 89 persen untuk wanita.
Jurang Perbedaan
Menyikapi fenomena itu, Alice Rogers, seorang pengacara dari Hall Brown Family Law, mengatakan data itu menunjukkan jurang perbedaan. Data itu mencerminkan bagaimana kelompok umur yang berbeda memprioritaskan sebuah pernikahan.
“Banyak pasangan muda menemukan diri mereka masih mencoba untuk lulus sebagai siswa mereka, menabung untuk naik tangga properti dan memulai karier, dan mempertanyakan biaya pernikahan, terutama ketika mereka melihat banyak teman sebaya mereka memilih untuk hidup bersama sebagai gantinya,” kata Alice.
“Di sisi lain, individu yang berusia di atas 55 tampaknya lebih memahami manfaat pernikahan, bahkan jika mereka sudah melalui rasa sakit perceraian. Angka-angka menunjukkan wanita mendorong pernikahan di kemudian hari," ujarnya. ***