Wangi Jahe Merah dan Kopi Petani Hutan Saat Pandemi
RIAU24.COM - Jahe Merah menjadi salah satu produk petani hutan yang laris sebagai suplemen herbal penunjang stamina dan imun tubuh saat pandemi COVID-19 terjadi. Di Kampung Legok Nyenang Desa Giri Mekar, Cilengkrang, Bandung, berkah jahe merah itu terasa. Memanfaatkan kawasan hutan lindung di lereng Gunung Manglayang, Kelompok Tani Hutan (KTH ) Giri Senang menanam jane merah bersama-sama tanaman kopi di bawah tegakan pohon Pinus hasil progam penghijauan hutan oleh masyarakat.
Seiring pandemi COVID-19, permintaan jahe merah di KTH tersebut sudah mencapai hitungan ton, berbeda dari hari biasa yang hanya hitungan kwintal. Peningkatan permintaan atas jahe merah ini tentu memberikan berkah tambahan pendapatan bagi petani hutan anggota KTH Giri Senang. Dengan perhitungan rata-rata sekali panen menghasilkan 1 ton jahe merah, maka dengan harga mencapai Rp.75.000,-/kg omset yang didapatkan dapat mencapai sekitar 75 juta sekali panen.
"Sebetulnya komoditas utama KTH Giri Senang adalah kopi. Jahe merah, kunyit dan tanaman bawah tegakan hanyalah komoditas sampingan. Namun karena sekarang permintaan meningkat, Alhamdulillah anggota KTH mendapat tambahan pendapatan," ujar Yusuf, Penyuluh Kehutanan Pendamping KTH Giri Senang.
Petani hutan anggota KTH Giri Senang saat ini berjumlah 147 orang, mereka melakukan kegiatan menanam tanaman kopi di bawah tegakan pohon pinus seluas 250 hektar, dengan 1 hektar diantaranya ditanam sela dengan tanaman empon-empon seperti jahe merah dan kunyit.
"Dulu jahe merah dan kunyit hanya dijadikan bumbu masak oleh pembeli, namun dengan adanya wabah corona, jahe merah digunakan sebagai minuman penambah stamina agar terhindar dari virus corona", tambah Yusuf.