Korban Yang Meninggal Terus Bertambah, AS Pesimistis Hadapi Wabah Virus Corona
RIAU24.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, rakyat AS akan menghadapi kenyataan pahit. Banyak warga yang meninggal dunia dalam beberapa hari mendatang. Dia menyebut dua pekan ini paling berat.
“Akan banyak kematian,” kata Trump dalam konferensi pers, dilansir Reuters. Dia mengabaikan kritik terhadap pemerintahan federal yang dinilai tidak mampu menyediakan ventilator bagi pasien virus korona yang kritis untuk bisa bertahan. “Kekhawatiran kekurangan menyebabkan permintaan yang meningkat,” kata Trump.
AS menjadi negara dengan jumlah kasus virus korona terbanyak. Lebih dari 306.000 orang dinyatakan positif dan 8.300 orang meninggal dunia. Pakar kesehatan gedung Putih memprediksi 100.000 orang hingga 240.000 rakyat AS bisa meninggal karena pandemi ini. “Kita berlomba dengan waktu yang terus berjalan dan memburuk,” kata Trump. “Kita mungkin tidak pernah melihat sesuatu seperti jumlah ini. Mungkin selama perang, selama Perang Dunia I atau II atau sesuatu,” katanya.
Pada kesempatan yang sama Trump juga mengungkapkan keuntungan obat antimalaria Hydroxychloroquine untuk merawat pasien Covid-19. “Saya mungkin akan meminumnya (obat Hydroxychloroquine),” kata Trump yang sudah menjalani dua kali tes virus corona dan dinyatakan negatif. Namun, para peneliti masih melakukan kajian keefektifan obat tersebut untuk menyembuhkan pasien corona.
Komisi Eropa menyatakan efisiensi Hydroxychloroquine untuk merawat Covid-19 memang belum terbukti. Tapi, Trump menyatakan pemerintah telah memiliki 29 juta dosis obat tersebut dan akan menambahnya sebagai cadangan. Badan Obat dan Makanan AS (FDA) menyatakan obat tersebut telah didistribusikan kepada dokter untuk diberikan kepada pasien Covid-19. “Kita telah mendengar cerita positif dan terus melanjutkan pengumpulan data,” kata Trump.
Salah satu pusat epidemi Covid-19 berada di New York. Pada Sabtu lalu, jumlah korban tewas akibat infeksi itu mencapai 630 orang dengan jumlah total 3.565 orang meninggal di New York. Sebanyak 113.000 kasus virus corona di New York atau hampir sama dengan Italia. “Itu menjadi hari-hari yang mengerikan bagi New York karena 630 orang meninggal dalam 24 jam terakhir,” kata Gubernur Negara Bagian New York Andrew Cuomo.
Para pakar kesehatan mengalkulasikan sekitar satu pekan mendatang akan menjadi titik terburuk bagi penyebaran virus korona. “Ini belum mencapai puncak. Kami mendekati. Proyeksi kami dalam tujuh hari mendatang,” kata Cuomo dilansir Reuters.
Berdasarkan penghitungan dan kalkulasi Universitas Johns Hopkins menyatakan New York merupakan pemasok seperempat dari kematian akibat virus corona. Rumah sakit di sana berjuang keras untuk mengobati pasien yang sakit karena terinfeksi virus corona. Mereka juga harus berjuang keras karena harus mengubur banyak korban yang meninggal dunia.
Karena berisiko terinfeksi, banyak keluarga pasien yang kritis pun tidak mampu melihat atau pun menerima keluarga mereka dalam detik-detik terakhir. Seorang petugas di Rumah Sakit Presbyterin, New York, mengaku dia dan koleganya harus mengirimkan informasi melalui telepon kepada keluarga korban yang meninggal. “Adalah sesuatu yang menyakitkan harus bercerita kepada keluarga tentang orang yang dikasihi harus meninggalkan mereka,” katanya.
Kekurangan peralatan medis juga dialami berbagai rumah sakit di New York. Pemerintah AS dikritik karena tidak mempersiapkan peralatan pelindung diri bagi para dokter dan perawat. Cuomo mengatakan, 1.000 ventilator donasi dari China tiba di Bandara John F Kennedy pada Sabtu lalu. “Ini merupakan kesepakatan besar dan itu akan menjadi hal penting di tengah perbedaan kami,” katanya. Bantuan ventilator tersebut merupakan hasil perbincangan antara Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Seluruh rakyat AS diminta tetap berada di rumah dan tidak diperbolehkan keluar kalau tidak ada urusan penting seperti belanja kebutuhan pokok atau berkonsultasi dengan dokter. Florida dan Texas merupakan negara bagian yang tidak memberlakukan isolasi wilayah dengan ketat. “Apa yang kita lihat di New York saat ini, kita melihat banyak orang sekarat,” kata Rick Scott, senator AS dari Florida.
Sumber: Sindonews