Dibenci Amerika, Negara Ini Malah Sukses Ciptakan Alat Pendeteksi Virus Corona
RIAU24.COM - Bukan rahasia lagi, Iran termasuk salah satu negara yang dibenci Amerika Serikat. Negara ini termasuk yang paling menderita, akibat sanksi berlapis yang diberlakukan AS. Iran semakin kesusahan, khususnya saat pandemi virus Corona mulai merasuki kawasan itu.
Kondisi itu membuat Iran harus berpikir keras untuk terus berinovasi, khususnya dalam menciptakan alat deteksi Corona. Namun susah payah Iran itu kini sudah membuahkan hasil. Iran secara resmi meluncurkan perangkat lunak kecerdasan buatan (software artificial intelligence/AI) untuk mempercepat deteksi Virus Corona.Alat deteksi COVID-19 itu dikembangkan oleh para ilmuwan dari konsorsium perguruan tinggi Iran selama satu bulan.
Dalam hal ini, para ahli di Iran menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis pemindaian tomografi terkomputasi (CT) paru-paru yang berpotensi terinfeksi, yang memungkinkan dokter untuk mengunggah gambar dan langsung menerima hasil.
Dilansir viva, Senin 6 April 2020, Menteri Sains dan Teknologi Iran, Sorena Sattari, mengatakan bahwa terobosan ini akan meringankan beban kerja para petugas medis, yang sebelumnya harus secara manual meneliti ratusan gambar per hari, dan membawa "perspektif baru" untuk mendiagnosa serta pengobatan Virus Corona.
"Pencitraan CT ini memungkinkan dokter untuk menemukan kelainan pada paru-paru pasien, yang menunjukkan adanya infeksi COVID-19. Namun, metode ini telah dikesampingkan di seluruh dunia demi pengujian reaksi rantai polimerase (PCR), yang mencari bahan genetik virus alih-alih gejalanya," ungkapnya, seperti dirangkum russia today.
Dari hasil penelitan yang dilakukanpihaknya, pemindaian CT lebih dapat diandalkan daripada metode PCR.
Sebuah makalah penelitian China yang diterbitkan lebih dari satu bulan yang lalu, merekomendasikan alat temuan Iran digunakan sebagai "alat utama" dalam pengujian COVID-19.
Seperti diketahui, Iran salah satu negara yang paling parah dilanda pandemi Corona di Timur Tengah. Lebih dari 55 ribu kasus telah dikonfirmasi dan 3.500 orang meninggal dunia di negeri Mullah itu. Virus ini juga telah merenggut nyawa salah satu tokoh penting Iran, Ayatollah Hashem Bathayi Golpayegani.
Untuk diketahui, AS telah memasukkan perusahaan minyak Iran ke dalam daftar hitam, termasuk memutus aliran pendapatan vital yang dapat digunakan untuk meraih obat-obatan serta peralatan medis guna menyelamatkan nyawa warga Iran. Meski telah meminta sanksi itu dihapus, namun sejauh ini belum ada respon dari pemerintahan Donald Trump. ***