Masih Sering Digunakan, Ini Loh Ternyata Bahaya Bayi DIpakaikan Gurita
RIAU24.COM - Dalam kebiasaan masyarakat kita, bayi yang baru lahir, tentu tidak bisa dipisahkan dengan “wejangan” alias nasihat dari orang tua. Salah satunya adalah penggunaan gurita untuk membebat perut bayi dengan bedung atau gurita.
Banyak orang tua yang memercayai bahwa penggunaan gurita pada bayi berguna untuk mengecilkan perut dan mengempiskan pusar bodong. Lantas amankah memakaikan kain gurita pada bayi? Apakah manfaat dan fungsi kesehatan dari nasihat yang satu ini?
Menurut, para pakar medis, penggunaan gurita bayi, yang kini tersedia dalam berbagai bentuk, tidak disarankan karena tidak bermanfaat. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) maupun Kementerian Kesehatan bahkan berpendapat bahwa gurita dapat mendatangkan risiko bayi bayi. Apa saja? Berikut empat di antaranya, seperti dilansir Tempo.co.
1. Membuat bayi sesak napas
Pemakaian gurita bayi dapat menekan lambung buah hati Anda sehingga membatasi pernapasannya. Bayi masih banyak bernapas lewat otot-otot perut sehingga membatasi pergerakan perutnya akan mengakibatkan ia sulit bernapas.
Orang tua juga sebaiknya tidak panik ketika melihat bayi bernapas dengan sangat cepat karena jumlah napas bayi memang lebih banyak dibanding orang dewasa. Rata-rata bayi bernapas sebanyak 40-60 kali per menit dan bisa melambat hingga 30-40 kali per menit ketika tidur.
Anda mungkin melihat bayi bernapas lebih cepat selama beberapa waktu, kemudian melambat selama kurang dari 10 detik, lalu bernapas normal kembali. Hal ini pun masih tergolong normal dan dinamakan bernapas periodik.
Jika Anda mencemaskan irama napas bayi yang terlalu cepat atau terlalu lambat, konsultasikan dengan dokter. Menggunakan gurita bayi untuk menormalkan kembali jalan napas bayi baru lahir bukanlah solusi.
2. Tidak terbukti dapat mencegah perut kembung
Orangtua mungkin merasa khawatir pada perut bayi yang terlihat besar, misalnya karena kembung dan masuk angin. Tak pelak, memakaikan gurita bayi pun dianggap sebagai jalan keluar, padahal faktanya tidak demikian.
Sebagian besar bayi memang memiliki perut yang gendut, apalagi setelah menyusu dalam jumlah banyak. Jangan heran juga jika perut bayi setelah menyusu akan terasa keras, tapi biasanya kembali lunak dalam beberapa jam setelahnya dan itu bukan pertanda bayi mengalami kembung.
Sebaliknya, Anda perlu mewaspadai jika perut bayi yang terlihat bengkak dan keras diikuti dengan konstipasi maupun sering muntah. Periksakan bayi ke dokter jika mengalami ini.
Sebagai langkah pencegahan perut kembung, menggunakan gurita bayi bukanlah cara yang direkomendasikan. Sebaliknya, Anda dapat memposisikan kepala bayi lebih tinggi saat menyusu, menyendawakannya setelah menyusu, maupun sesekali menggerakkan kaki bayi seakan ia tengah menggenjot sepeda, agar tidak ada gas yang terperangkap di lambungnya.
3. Tidak terbukti dapat mencegah pusar bayi bodong
Memiliki pusar bodong seringkali dianggap sebagai aib bagi sebagian orangtua. Oleh karena itu, banyak orangtua yang menempelkan koin di pusar bayi dan memakaikan gurita bayi kencang-kencang untuk mencegahnya. Meski demikian, cara ini tidak terbukti secara medis dapat mencegah pusar bayi bodong di kemudian hari.
Dalam dunia medis, pusar bodong dikenal dengan sebutan hernia umbilikal. Kondisi ini sangat normal ditemui pada bayi baru lahir, apalagi bayi prematur, tapi umumnya tidak berbahaya dan mayoritas akan membaik ketika anak berusia 3-4 tahun.
4. Meningkatkan risiko bayi mengalami gumoh
Gumoh pada bayi sebetulnya hal yang biasa dan tidak berbahaya, serta dapat berkurang seiring pertambahan usia bayi. Gumoh pun bisa disebabkan oleh berbagai hal, misalnya posisi menyusu yang tidak tepat hingga belum sempurnanya katup antara lambung dan kerongkongan bayi.
Pemakaian gurita bayi pun bisa meningkatkan risiko bayi mengalami gumoh karena benda tersebut membuat lambung bayi tertekan. Bila dalam kondisi tersebut bayi dipaksa minum, maka lambungnya akan tertekan sehingga mengakibatkan cairan kembali ke mulut alias gumoh.***