Gara-gara Sebut Virus Corona Hukuman Allah Pada China, Ustaz Singapura Diselidiki
RIAU24.COM - Kementrian Dalam Negeri (MHA) Singapura dan Dewan Agama Islam Singapura (Muis) sedang menyelidi seorang ustaz. Musababnya, guru Islam itu menulis di Facebook bahwa virus Corona baru, 2019-Novel Coronavirus (2019-nCoV) adalah hukuman Allah terhadap orang China karena menindas umat Muslim Uighur.
Dalam posting Facebook pada hari Jumat 7 Februari 2020, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Hukum K Shanmugam mengecam komentar yang dibuat oleh ustaz Abdul Al- Halim pada Januari. Menurutnya komentar seperti itu konyol dan merupakan contoh lain dan xenophobia (sinofebia).
Dia menambahkan bahwa dia telah meminta MHA untuk menyelidiki masalah ini. Secara terpisah, Muis mengatakan kepada media setempat, TODAY, bahwa pihaknya juga menyelidiki ustaz tersebut.
Shanmugam mengatakan dalam posting Facebook-nya bahwa komentar Abdul "sepenuhnya rasis" karena ia telah menyatakan bahwa orang-orang China tidak mencuci dengan benar setelah buang air besar dan tidak higienis seperti Muslim. Menurut ustaz itu, perilaku orang-orang China telah menyebabkan virus menyebar.
"Komentar seperti itu sangat tidak dapat diterima dari siapa pun, apalagi seseorang yang seharusnya menjadi guru agama," kata Shanmugam.
"Komentar Abdul Halim terhadap orang China pada umumnya (termasuk orang Tionghoa Singapura) tidak dapat diterima, dan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja," lanjut Shanmugam, seperti dikutip New Straits Times, Minggu 9 Februari 2020.
“Ketika pengkhotbah lain telah membuat pernyataan yang tidak dapat diterima, mereka telah ditindak. Sebagai contoh, dua pendeta ditindak dalam beberapa tahun terakhir karena komentar (perbandingan) ofensif."
Muis mengatakan kepada TODAY bahwa posting-an Ustaz Abdul Al-Halim itu mengekspresikan pandangan yang tidak mewakili komunitas Muslim.
"Islam tidak mengizinkan para pengikutnya untuk menyakiti perasaan orang lain atas nama agama. Mengingat 2019 Novel Coronavirus tidak membedakan antara kebangsaan, ras atau agama, kami ingin mendesak semua pihak untuk mengekspresikan pandangan dengan pertimbangan, dan menunjukkan perhatian kepada mereka yang terkena dampak," kata Muis.
Ali Mohd, Ketua Dewan Pengakuan Asatizah, mengatakan bahwa guru agama harus bertindak secara bertanggung jawab ketika berbagi informasi atau menanggapi pertanyaan dari masyarakat, baik di kelas, kuliah, atau di akun media sosial pribadi mereka.
“Kita seharusnya tidak berasumsi bahwa sebuah tragedi sebagai pembalasan Tuhan untuk ras atau bangsa tertentu. Kami tidak tahu alasan sebenarnya atau kebijaksanaan di balik tindakan Tuhan," katanya dalam sebuah pernyataan kepada TODAY.
Sumber: Sindonews