Menu

Terungkap, Begini Cerita Pekerja Krematorium di Wuhan, Setiap Hari Bakar Mayat Korban Virus Corona Tanpa Istirahat

Siswandi 8 Feb 2020, 17:36
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Pemerintah China sempat dikabarkan melarang pemakaman bagi pasien yang meninggal akibat virus Corona. Sebagai gantinya, mereka meminta jasad tersebut untuk dikremasi. Sejauh ini, seluruh rumah kremasi di Wuhan terus beroperasi setiap hari tanpa istirahat. 

Dalam video yang beredar di internet, kota Wuhan yang terinfeksi terlihat diselimuti kabut tebal, yang diduga berasal dari asap pembakaran tubuh massal ini.

Dilansir viva yang mengutip World of Buzz, Sabtu 8 Februari 2020, larangan itu untuk memperlambat penyebaran virus berbahaya tersebut. Mayat-mayat tersebut dibakar di ruang terbuka untuk mencegah pembusukan.

Seperti dilaporkan new zealand herald baru-baru ini, seorang pekerja dari salah satu rumah krematorium buka suara terkait pekerjaannya itu. Menurutnya, para pekerja pembakaran mayat harus bekerja setiap hari tanpa istirahat. Hal itu disebabkan begitu banyaknya nyawa yang melayang akibat virus Corona tersebut. 

Menurutnya, sejak 28 Januari 2020, tempatnya bekerja telah menerima 100 mayat untuk dibakar setiap harinya. Dengan jumlah yang luar biasa ini, hampir mustahil bagi para pekerja tersebut untuk beristirahat dari pekerjaan mereka.

“90 persen dari kita harus bekerja 24 jam dan kita tidak bisa pulang. Setiap titik pembakaran yang ditunjuk di Wuhan beroperasi selama 24 jam,” lontarnya. 

“Kami tidak makan atau minum untuk waktu yang lama sepanjang hari karena kami harus selalu berada dalam alat pelindung kami. Pakaian harus dilepas setiap kali kami ingin makan, minum, atau menggunakan toilet. Tapi begitu pakaian tersebut dilepas, tidak bisa digunakan kembali," ujarnya lagi.

Jadi Ragu 
Setelah hal itu terungkap, banyak penduduk Kota Wuhan mulai meragukan korban jiwa resmi yang diumumkan pemerintah akibat virus corona Wuhan.

Sementara itu, banyak orang yang menunjukkan gejala penyakit mematikan itu mengatakan bahwa mereka tidak diberi perawatan karena rumah sakit terlalu penuh untuk merawat mereka.

Namun pihak berwenang China telah memperingatkan masyarakat untuk tidak menyebarkan berita palsu tentang virus corona agar tidak menyebabkan kepanikan di antara warga. ***