Tak hanya Wuhan dan Taiwan, Bali Juga Diserang Virus Misterius, Ribuan Babi Mati Mendadak
RIAU24.COM - Kebingungan menghadapi virus kini sedang dihadapi warga China dan Taiwan. China sedang mati-matian menghadapi virus Corona yang sudah menewaskan lebih 400 orang. Sedangkan Taiwan sejak tiga bulan terakhir sedang diteror flu babi yang menyebabkan 56 orang meninggal dunia.
Ternyata bukan hanya China dan Taiwan saja yang sedang diserang virus, warga Pulau Bali ternyata juga sedang kelimpungan menghadapi serang virus misterius. Hanya saja, virus yang mengganas di Bali saat ini baru menyerang ternak babi saja.
Berdasarkan laporan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, sudah ada 1.191 ekor babi yang mati sejak akhir Desember 2019. Menurut Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa, hingga saat ini dugaan penyebab kematian mengarah kepada virus.
"Kita masih berpikiran ini virus. Apa namanya belum bisa dibuktikan secara medis, karena masih menunggu Balai Veteriner yang ada di Medan. (Rencananya) akan diinformasikan pemerintah di tingkat pusat Kementerian pada pertengahan bulan ini," terang Hari seperti dilansir CNBC Indonesia, Selasa (4/2/2020).
Hingga kini, Hari menyebut ada empat kota dan kabupaten sentra ternak babi di Bali yang terkena dampak. Adapun total wilayah di Provinsi Bali mencapai 9 kota dan kabupaten. "Jadi hampir setengahnya dari Bali," katanya.
Kasus kematian babi yang ada di Bali diduga mirip dengan yang terjadi di Sumatera Utara beberapa waktu lalu. Saat itu, Kementerian Pertanian (Kementan) telah resmi melaporkan wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) sebagai penyebab. Dampak virus ini, setidaknya ada 27 ribu ekor babi yang mati.
Dibayangi munculnya virus serupa di Bali, Hari mengaku hal itu sangat dihindari para peternak. Karenanya, sosialisasi untuk pencegahan coba terus dilakukan. "Kita di Bali nggak keinginan seperti di Sumatera Utara. Kita ingin kegiatan yang jauh lebih hati-hati. Walaupun kita sesalkan terjadi. Kita anggap udah kebobolan tapi kita tidak ingin wilayah yang belum terdampak juga kebobolan," sebut Hari.***