Diprediksi 2018 lalu, Ternyata Begini Ramalan Mengerikan Bill Gates Soal Virus Mematikan Dari China
RIAU24.COM - Mewabahnya virus corona yang berasal dari China menjadi kekhawatiran dunia. Apalagi virus tersebut juga sudah menyebar ke beberapa negara. Virus tersebut diketahui muncul pertama kali di Kota Wuhan, China. Parahnya lagi, virus yang disebut mirip Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) tersebut telah menjangkiti 1.300 orang dan membunuh 41 orang di China.
Seperti melansir dari Kompas.com, Senin, 27 Januari 2020, terkait virus mematikan tersebut, Bill Gates ternyata sudah memprediksi ancaman virus tersebut sejak tahun 2018. Kata dia, wabah virus mematikan jadi ancaman ketiga terbesar di dunia. Dua ancaman lainnya yakni perubahan iklim dan perang nuklir.
"Dunia perlu mempersiapkan diri terkait wabah yang harus kita persiapkan sebagaimana kita mengantisipasi perang," kata Bill Gates seperti dikutip dari Business Insider, Senin, 27 Januari 2020.
Pendiri Microsoft itu juga menyamakan wabah corona saat ini dengan wabah flu yang terjadi di tahun 1918 yang menewaskan jutaan penduduk bumi. Masa inkubasi virus tersebut antara 1 hingga 14 hari. Kemungkinan jumlah kasusnya akan terus meningkat. Coronavirus baru, imbuhnya juga menular selama inkubasi yang berbeda dari SARS.
Sebelum ramai ditemukannya virus corona ini, China pernah digegerkan oleh SARS pada 2003-2004. Saat itu epidemi SARS disebabkan oleh kebiasaan orang China memakan musang. Kasus pertama SARS di dunia tercatat di Guangdong pada November 2002.
zxc1
Dilansir dari Organisasi Kesehatan Dunia, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), SARS membunuh hampir 800 orang di dunia. Tidak hanya itu saja, virus H5N1, flu burung juga muncul di China pada 1997. Pertama kali terdeteksi pada angsa di Cina dan bermutasi ke manusia dari unggas yang terinfeksi.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah melakukan sidang apakah penyebaran virus corona ini bisa dikategorikan masuk sebagai situasi darurat yang perlu jadi perhatian dunia atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Kasus pertama virus corona terjadi pada 8 Desember 2019 lalu. Virus tersebut dengan cepat menyebar dan menyebabkan banyak orang terkena pneumonia akut. Pemerintah China menduga, virus tersebut bermula dari konsumsi hewan liar yang ada di pasar hewan di Kota Wuhan.
Berbagai negara meningkatkan kewaspadaannya. Orang-orang yang baru saja pergi dari Wuhan dan China diperiksa secara intensif, bahkan saat ini ditingkatkan menjadi tindakan isolasi.
Virus corona diketahui telah menyebar ke 13 negara. Negara-negara tersebut adalah Kanada, China, Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Nepal, Perancis, dan Australia.
Corona adalah virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala awalnya mirip seperti flu biasa yang diawali dengan demam, pusing, batuk, pilek, radang tenggorokan dan badan lemas. Namun seiring berjalannya waktu virus ini menyebabkan pneumonia ganas yang mematikan.
Bill Gates sendiri dikenal sebagai miliader yang sangat mengkhawatirkan ancaman virus pada populasi manusia. Lewat Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan Bill Gates itu sudah menyumbangkan dana triliunan rupiah untuk Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).
Dana hibah tersebut digunakan untuk riset pengembangan vaksin jenis baru untuk virus corona yang berasal dari Wuhan, 2019-nCoV.
Sebagai informasi, hibah tersebut merupakan bentuk kemitraan antara Inovio dengan CEPI, dimana perusahaan vaksin tersebut diberikan dana hingga 56 juta dollar AS untuk pengembangan beberapa vaksin lain seperti vaksin MERS hingga demam Lassa.
Dana dari CEPI salah satunya digunakan untuk mempercepat penyelesaian vaksin corona agar bisa diujicobakan ke manusia. Sebelumnya, masih dengan sokongan dana dari CEPI, perusahaan juga mempercepat uji coba vaksin virus zika ke manusia hanya dalam waktu tujuh bulan, yang diklaim Inovio sebagai pengembangan vaksin tercepat yang pernah dilakukan.
Selain menggelontorkan dana ke Inovio, CEPI juga menghibahkan uang untuk pengembangan vaksin virus baru untuk University of Queensland dan perusahaan vaksin Moderna.