Menu

Ikut Aksi Bela Tanjungpriok, Pedangdut Cantik Ini Tantang Yasonna Laoly Dangdutan

Satria Utama 22 Jan 2020, 16:52
Bebizie
Bebizie

RIAU24.COM -  JAKARTA - Ratusan warga Tanjung Priok akan menggeruduk Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly di kantornya di kawasan Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan, hari ini Rabu (22/1/2020).

Di antara para pendemo,  tampak penyanyi dangdut, Bebizie turut serta dalam Aksi 221 Priok Bersatu di depan kantor Kemenkum HAM. Lahir dan dibesarkan di Tanjung Priok, ia tak terima dengan lontaran pernyataan Menkum HAM Yasonna Laoly tentang tempat asalnya itu.

"Di sini saya mewakili keluarga besar Tanjung Priok. Saya Bebizie, Pak. Saya mendengar bahwa Bapak bicara 30 menit di TV semalam di Berita Satu. Bapak memang bilang itu ilmiah, mencontohkan bahwa anak yang lahir di Tanjung Priok jika ditukar dengan anak yang lahir di Menteng tetap kalau dia tinggal di Tanjung Priok pasti akan jadi kriminal. Berarti Bapak bukan menunjuk individual, tapi menunjuk tempatnya, Pak," orasi Bebizie di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, dikutip dari detikcom pada Rabu (22/1).

Menurutnya, masa depan seseorang merupakan ketentuan Tuhan. "Nasib itu adalah Tuhan yang bertanggung jawab yang punya nasib, Pak. Mau jadi apa, mau jadi artis, mau jadi apa, itu urusan Tuhan, Pak," lanjut Bebizie.

Bebizie juga mengajak Yasonna menikmati musik dangdut di Tanjung Priok agar lebih merakyat. "Sekali-sekali Pak Yasonna kita ajak dangdutan di Tanjung Priok. Priok itu tempat bersukacita, Pak, hiburan yang sangat menyenangkan," tuturnya. "Belum aja digoyang sama orang Priok, ambyar," sambungnya.

Seperti diketahui, Aksi 221 Priok Bersatu dipicu oleh pernyataan Yasonna Laoly yang menyebut kemiskinan adalah sumber tindakan kriminal. Yasonna mencontohkan dua anak yang lahir dan besar di dua kawasan yang berbeda, yakni Menteng dan Tanjung Priok.

Ia meyakini anak yang lahir dari kawasan Tanjung Priok yang terkenal keras dan sering terjadi tindak kriminal akan melakukan hal yang sama di masa mendatang.

"Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak, tapi coba pergi ke Tanjung Priok. Di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan," ujar Yasonna dalam sambutannya di acara 'Resolusi Pemasyarakatan 2020 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS)' di Lapas Narkotika Kelas IIA Jatinegara, Jakarta, Kamis (16/1).****