Kelompok Hindu Garis Keras India Bertekad Hentikan Proyek Pembangunan Patung Yesus
RIAU24.COM - NEW DELHI - Rencana pembangunan patung raksasa Yesus di desa Harobele, India mendapat protes keras dari sejumlah warga India. Ratusan massa Hindu garis keras yang berafiliasi dengan partai berkuasa di India menggelar unjuk rasa menolak pembangunan patung yang disebut-sebut menyaingi Christ The Redeemer di Rio de Janeiro, Brazil.
Protes di negara bagian Karnataka selatan dipimpin oleh Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), organisasi induk garis keras BJP, dan yang lainnya memegang bendera saffron ketika sekitar 1.000 polisi siaga.
“Kami ingin menghentikan (patung), karena bertentangan dengan semangat kerukunan komunal dan mendorong konversi agama yang dilakukan oleh misionaris Kristen," kata Prabhakar Bhat, seorang pejabat tinggi RSS kepada media India, yang dikutip SIndonews dari AFP, Selasa (14/1/2020).
Patung raksasa Yesus yang masih dalam proses pembangunan itu dibuat dari granit putih. Patung direncanakan setinggi 34 kaki (34,7 meter), sedikit lebih pendek dari Christ The Redeemer di Rio de Janeiro. Namun, pangkalan untuk patung Yesus di India akan lebih besar. Pembangunan terhenti setelah dimulai bulan lalu karena diprotes.
Banyak orang Hindu percaya bahwa bukit tempat patung itu didirikan di desa Harobele yang didominasi orang Kristen adalah tempat tinggal Dewa Hindu, meskipun tidak ada kuil di sana.
Pemerintah negara bagian yang dikendalikan BJP menuduh pemerintah sebelumnya, yakni kubu Partai Kongres, secara ilegal membagikan sebidang tanah.
Kurang dari satu persen dari 65 juta orang Karnataka beragama Kristen. Sedangkan secara keseluruhan ada dua persen warga Kristen dari total populasi di India yang mayoritasnya warga Hindu.
India pernah dilanda gelombang serangan terhadap minoritas Kristen dan gereja-gereja oleh kelompok garis keras Hindu pada tahun 2008. Massa penyerang menuduh ada upaya kristenisasi dengan iming-iming uang tunai.
India telah dilanda serangkaian aksi kejahatan terhadap minoritas agama dan menyusutnya kebebasan beragama sejak Modi meraih kekuasaan pada 2014. Partainya Perdana Menteri Narendra Modi, Partai Bharatiya Janata (BJP), telah lama dituduh tidak toleran terhadap umat agama lain dan ingin membentuk kembali India yang sekuler secara resmi sebagai negara Hindu. Namun, BJP membantah tuduhan itu.
Selama sebulan terakhir, India telah diguncang oleh protes terhadap undang-undang baru yang membuatnya lebih mudah bagi minoritas agama yang dianiaya untuk mendapatkan kewarganegaraan, tetapi itu tidak berlaku jika migran tersebut Muslim.***