Menu

16 Tahun Jadi Penjaga Kamar Mayat, Ini Yang Dilakukan Zairin Agar Bebas dari Gangguan Mahkluk Ghaib

Satria Utama 11 Jan 2020, 10:03
Zairin Masih setia bekerja sebagai penjaga kamar mayat (Foto: Okezone/Demon)
Zairin Masih setia bekerja sebagai penjaga kamar mayat (Foto: Okezone/Demon)

RIAU24.COM -  Menjadi penjaga kamar jenazah tentu bukan merupakan pekerjaan yang diminati banyak orang.  Kisah-kisah horor dan menakutkan di seputar rumah sakit membuat banyak orang menghindari pekerjaan ini. 

Namun hal ini tidak berlaku bagi Zairin. Pria 49 tahun ini mengaku enjoy saja dengan pekerjaannya itu. Bagi, bapak dari 4 orang anak ini, jenazah sudah menjadi bagian dari hidupnya.

Sebelumnya, suami dari Heti Muryani (44), bukan penjaga kamar jenazah, melainkan security di salah satu rumah sakit umum daerah di Bengkulu.

Zairin diangkat menjadi penjaga kamar jenazah, lantaran sering mengantarkan jenazah ke kamar jenazah. Sejak itu direktur rumah sakit memindahkan pria jebolan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Bengkulu ini ke kamar jenazah.

''Sebelum menjadi petugas kamar jenazah, saya di security. Tahun 2003, saya resmi bertugas di kamar jenazah,'' kata Zairin, saat ditemui di rumahnya, Kamis (9/1/2020).

Baginya,  tugas yang diamanahkan pimpinannya itu merupakan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan ikhlas. Berkat ketekunan, sabar dan menjalani pekerjaannya di kamar jenazah. Berselang 4 tahun, sejak bertugas di kamar jenazah,  ia diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), pada tahun 2007.

Baginya, tugas di kamar mayat merupakan pekerjaan kemanusiaan. Bagaimana tidak, Zairin musti memandikan, mengkafani, mensalatkan hingga mengebumikan jenazah ke Tempat Pemakaman Umum (TPU).

Selama bertugas, Zairin belum menemukan kejadian aneh di kamar jenazah.  Pria berwajah brewok ini yakin, jika pekerjaannya tersebut untuk kebaikan. Sehingga dirinya terhindar dari kejadian aneh.

'Saya sudah banyak berhadapan langsung dengan jenazah, sudah tidak terhitung berapa jenazah. Ribuan lebih. Alhamdulillah, sampai sekarang belum ada diganggu atau mendapatkan kejadian aneh,'' aku, Zairin.

Pria ini juga menerima jenazah yang tidak memiliki identitas atau Mr x. Penitipannya hingga 3 hari. Selama penitipan jenazah dimasukkan ke dalam mesin pendingin. Perlakuannya tidak berbeda dengan jenazah yang memiliki identitas.

Jenazah Mr X tetap dimandikan, dikafani, disalatkan bagi umat muslim. Namun, untuk umat non muslim diberikan pengawet. Pemberikan pelayanan terhadap setiap jenazah sama sekali tidak ada perbedaan. Meskipun jenazah sudah tidak utuh.

Pengkafanan, pemandian, mensalatkan jenazah dilakukan sesuai dengan permintaan anggota keluarga. Jika menginginkan jenazah langsung dimandikan, dikafani dan disalatkan.

Berbeda dengan jenazah Mr X, yang musti dimandikan, dikafani, disalatkan secara langsung tanpa menunggu persetujuan pihak keluarga. Sementara pemakaman Mr X, musti ada surat resmi dari aparat kepolisian setempat.

Selama 16 tahun menjadi penghuni kamar jenazah, pengalaman yang masih teringat ketika jenazah Timothy Adam (35), Warga Megara Asing (WNA) asal Amerika Serikat, yang tewas digulung ombak saat mandi di kawasan pantai panjang Kota Bengkulu, pada Sabtu 4 Maret 2017.

Jenazah asal Amerika itu dititipkan selama 15 hari. Di mana hal tersebut menunggu proses yang cukup panjang. Meskipun demikian, pemberian pelayanan terhadap jenazah tetap sama.

Dalam bertugas di kamar jenazah, Zairin bertugas sendiri. Namun, dia memiliki jadwal piket untuk setiap harinya. Jika masuk piket pagi, masuk dari pukul 08.01 - 14.01 WIB. Piket siang dari pukul 14.00 - 20.01 WIB, dan malam pukul 20.01 - 08.01 WIB.

''Kalau ada mayat tengah malam, saya harus memberikan pelayanan. Itu saya lakukan sendiri. Saya yakin saja, dan tidak ada berpikir jika akan diganggu dengan hal-hal aneh ketika sendiri di kamar jenazah,'' terang Zairin seperti dilansir okezone. ***