Tak Terima Hasil Audit Jiwasraya, Demokrat Sindir BPK Masuk Angin
RIAU24.COM - Respon keras datang dari Wakil Sekjen Demokrat Andi Arief, terkait hasil audit Asuransi Jiwasraya yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hasil audit investigasi BPK soal Jiwasraya menyebutkan laporan keuangan perusahaan asuransi plat merah tersebut direkayasa sejak tahun 2006 silam
Terkesan tak terima dengan hasil audit itu, Andi Arief pun lantas menyebutkan bahwa BPK sudah masuk angin. Tak hanya itu, ia juga menduga pernyataan itu dikeluarkan BPK supaya selaras dengan apa yang pernah disampaikan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat sebagai presiden pada 2004 hingga 2014. Dengan demikian, jika merujuk hasil audit investigasi BPK tersebut, Jiwasraya sudah mengalami masalah keuangan di masa kepemimpinan SBY.
"Audit BPK masuk angin," lontar Andi Arief, melalui pesan singkat, Rabu (8/1/2020), dilansir cnnindonesia.
Tak sampai di situ, Andi juga menduga BPK sengaja mengeluarkan hasil audit seperti itu karena ingin selaras dengan pernyataan Presiden Joko Widodo. Seperti diketahui, Jokowi pernah mengungkapkan masalah keuangan Jiwasraya telah bermasalah sejak 10 tahun lalu.
"Salah satu bahaya abuse of power itu, hasil audit mengikuti maunya keterangan pers Presiden. Itu terjadi di negara atlantis," imbuhnya lagi.
Rekayasa
Seperti dilansir media massa, Ketua BPK Agung Firman Sampurna mengatakan, pihaknyatelah rampung melakukan audit investigasi terhadap Jiwasraya. Hasilnya, laba keuangan di perusahaan plat merah itu semu sejak tahun 2006 silam. Raupan laba diperoleh berkat rekayasa laporan keuangan atau window dressing.
BPK mencatat pada 2017, Jiwasraya tercatat memperoleh laba sebesar Rp2,4 triliun. Namun, menurut BPK, angka itu tidak wajar lantaran ada kecurangan pencadangan sebesar Rp7,7 triliun. "Jika pencadangan sesuai ketentuan harusnya perusahaan rugi," ujarnya lagi.
Seiring berjalannya waktu, Jiwasraya terus diraungi kerugian. Pada 2018, kerugian mencapai Rp15,3 triliun. Lalu pada September 2019, Jiwasraya diperkirakan merugi Rp13,7 triliun. Angka kerugian meningkat hingga November, yakni Rp27,2 triliun.
"Kerugian terjadi karena Jiwasraya menjual produk saving plan bunga tinggi di atas deposito sejak 2015. Dana itu diinvestasikan di reksa dana kualitas rendah jadi negative spread," ujarnya. ***