Pengusaha Kawakan Ini Takut Jika AS-Iran Berperang, Begini Nasib Ekonomi Indonesia
RIAU24.COM - JAKARTA - Konflik yang semakin memanas antara Iran dengan Amerika membuat banyak pihak khawatir. Jika memang nantinya pecah perang terbuka antara kedua negara, maka Indonesia termasuk negara yang merasakan dampak buruk.
Hal ini disampaikan pengusaha kawakan Sofjan Wanandi di Jakarta, Selasa (7/1). Menurutnya ancaman paling ngeri bila terjadi benar-benar perang adalah soal harga minyak dan subsidi energi.
"Oh iya pasti ini akan terjadi, cuma saya harapkan, jangan perang betul, kalau perang betul kita juga susah. Subsidi kita, kita punya harga minyak kalau naik kan kita impor minyak banyak sekali," kata Ketua Dewan Pertimbangan Apindo itu.
"...Rugi kita jangan perang, kalau dia perang kita celaka, subsidi tambah besar," katanya.
Ekonom UI, Fithra Faisal mengatakan kondisi ini mengerek naik harga minyak dunia dan akan mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia, dimana kenaikan harga minyak lebih berbahaya daripada perang dagang karena akan menekan inflasi, memperlebar CAD dan membuat APBN jebol.
Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara sempat mengatakan bila perang dunia ketiga meletus karena peristiwa tersebut, perekonomian Indonesia terancam.
Melihat proyeksi ekonomi dalam APBN 2020, harga minyak diprediksi US$ 63 per barel. Tentunya, harga minyak yang sudah melampaui prediksi APBN 2020 ini bisa meningkatkan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama non subsidi.
"Dampak ketegangan AS dan Iran paling cepat dirasakan ke harga minyak mentah dunia yg meroket lebih dari 4% dan berimbas pada beban subsidi BBM dan tarif listrik yang bengkak di awal 2020. Di sisi lain, harga bbm non subsidi jenis Pertamax, Pertalite maupun Dex pun berisiko mengalami penyesuaian," kata Bhima kepada detikcom, Minggu (5/1/2020).***