Menu

Buntut Amerika dan Iran Makin Panas, Parlemen Irak Bersiap Usir Ribuan Tentara AS

Riki Ariyanto 6 Jan 2020, 11:07
Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan Negara Republik Islam Iran kian panas (foto/int)
Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan Negara Republik Islam Iran kian panas (foto/int)

RIAU24.COM - Senin 6 Januari 2020, Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan Negara Republik Islam Iran kian panas. Bahkan buntutnya parlemen Irak mengeluarkan resolusi seruan pemerintah untuk mengusir pasukan asing dari negara itu, termasuk tentara Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Okezone, resolusi itu diloloskan Parlemen Irak saat ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Berawal dari terbunuhnya Komandan Pasukan Quds Iran Qasem Soleimani, serta pemimpin kelompok bersenjata Irak Abu Mahdi al Muhandis akibat serangan roket AS di Baghdad Minggu lalu.

zxc1

Pada sesi luar biasa yang digelar pada Minggu, parlemen Irak meminta pemerintah segera mengakhiri semua kehadiran pasukan asing. Lalu membatalkan permintaan bantuan dari koalisi pimpinan-Amerika Serikat (AS) yang telah bekerja sama dengan Baghdad untuk memerangi kelompok teroris ISIS.


"Pemerintah berkomitmen untuk mencabut permintaan bantuan dari koalisi internasional yang memerangi ISIS karena berakhirnya operasi militer di Irak dan pencapaian kemenangan," sebut isi resolusi tersebut, sebagaimana dilansir Al Jazeera, Senin (6 Januari 2020).

zxc2

"Pemerintah Irak harus bekerja untuk mengakhiri keberadaan pasukan asing di tanah Irak dan melarang mereka menggunakan tanah, wilayah udara atau air dengan alasan apa pun," sambung resolusi itu.

Tak seperti undang-undang (UU), resolusi yang dikeluarkan parlemen bersifat tak mengikat dan pengusiran pasukan asing butuh UU baru untuk membatalkan perjanjian. "Terlepas dari kesulitan internal dan eksternal yang mungkin kita hadapi, itu tetap yang terbaik untuk Irak pada prinsip dan secara praktis," sebut Perdana Menteri (PM) Abdul Mahdi saat berpidato di depan parlemen sebelum pemungutan suara.

Perdana Menteri (PM) Irak Abdul Mahdi menyebut negaranya phnya dua opsi antara segera mengakhiri kehadiran pasukan asing di Irak atau mempertimbangkan kembali rancangan resolusi yang mengikat mengenai kehadiran militer AS untuk melatih pasukan keamanan Irak dalam perang melawan ISIS.

Hanya saja dengan melemahnya ISIS, yang dinyatakan Baghdad sebagai kemenangan pada Desember 2017, Abdul Mahdi menyebut alasan utama kehadiran pasukan AS di negara itu telah berakhir. "Adalah kepentingan Irak dan AS untuk mengakhiri kehadiran pasukan asing di negara itu," tutur Perdana Menteri (PM) Abdul Mahdi.

Sebagai informasi sekira 5.000 tentara Amerika Serikat (AS) tetap berada di Irak. Pasukan Amerika telah berperang bersama Hashd al-Shaabi (Pasukan Mobilisasi Populer atau PMF) yang didukung Iran selama 2014 - 2017 melawan kelompok ISIS. (Riki)