Ancaman Korut Bayangi Pertemuan China, Jepang, dan Korsel
Korut belum menanggapi seruan publik Biegun untuk melanjutkan dialog.
"Keheningan, bahkan setelah pidato Biegun di Seoul, membuat saya prihatin," kata redaktur pelaksana di situs web pemantau Korut, 38 North, Jenny Town.
Beijing, bersama dengan Rusia, pada hari Senin lalu mengusulkan agar Dewan Keamanan PBB mencabut beberapa sanksi dalam apa yang disebutnya upaya untuk memecahkan kebuntuan saat ini dan berupaya membangun dukungan. Tetapi tidak jelas apakah Beijing dapat meyakinkan Seoul dan Tokyo untuk memutuskan barisan dari Washington, yang telah membuat oposisi jelas dan dapat memveto resolusi apa pun.
Meskipun Korsel memandang China sebagai instrumen dalam menghidupkan kembali perundingan, Seoul sejauh ini telah mengesampingkan pertanyaan tentang apakah mereka mendukung proposal baru Beijing dan Moskow. Sementara Jepang, yang secara historis menjadi pendukung kuat sanksi terhadap Korut, juga menahan diri untuk tidak mengomentari proposal tersebut.
"Dengan Olimpiade (Tokyo 2020) yang akan datang, Korea Utara akan menjadi masalah bagi Jepang," kata Narushige Michishita, profesor di Institut Pascasarjana Nasional untuk Studi Kebijakan Jepang.
"Tapi pembicaraan bilateral dengan Korea Utara, misalnya, mungkin akan menjadi pendekatan yang lebih baik bagi Jepang daripada mengurangi sanksi PBB," imbuhnya.