Menu

Terbongkar, Gara-gara Siasat Ini, Baja Impor asal China Buat Produksi Lokal Jadi Terkapar di Negeri Sendiri

Siswandi 19 Dec 2019, 13:10
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Meski sedang giat melakukan pembangunan, namun produsen baja di Tanah Air masih saja terkapar. Hal itu disebabkan baja produk lokal masih kalah bersaing dengan baja impor, khususnya dari China. Ternyata, ada siasat yang telah dibuat China, sehingga membuat baja produk lokal malah terkapar di negeri sendiri. 

Siasat itu dibongkar Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA), Yerry Idroes.

Menurutnya, ada siasat yang diterapkan China, sehingga baja yang berasal dari Negeri Tirai Bambu itu begitu berkuasa di Indonesia. 

Dilansir detik, Kamis 19 Desember 2019, Yerry mengatakan yang dimaksudnya dengan siasat itu, adalah kiat China dalam menekan harga. 

Lebih rinci, ia menjelaskan, pemerintah China memberikan tax rebate untuk ekspor baja paduan (boron) sebesar 18 persen. Tax rebate adalah kebijakan pemotongan pajak. Sehingga dengan demikian, otomatis harga baja China jadi lebih kompetitif.

"Di sana disiasati. Kan ada dua baja, baja karbon dan baja boron. Kalau untuk menyiasati ini, penyiasatan itu ditambah satu tetes boron, akhirnya baja karbon itu menjadi baja paduan," ungkapnya di Jakarta. 

Secara definisi, pihak China memang tidak menyalahi aturan. Karena, ketika baja karbon diberikan setetes campuran alloy/paduan boron pada proses pembuatannya, maka produk tersebut berubah menjadi produk baja boron (paduan).

"Tapi secara penggunaanya itu dia masih tetap baja karbon. Nah itu yang kita namakan penyiasatan. Dia sebenarnya masih baja karbon tapi ditetes sedikit saja definisinya berubah. Apa yang diuntungkan produk China, dia dapat 18 tax rebate di sana," jelasnya lagi.

Tak sampai di situ, setelah mendapat keringanan di negeri sendiri, produk tersebut mendapat keringanan bea masuk 0 persen begitu masuk ke Indonesia. Hal itu disebabkan statusnya adalah baja boron. 

Menurut Yerry, ada dua jenis baja, pertama adalah baja karbon. Baja dengan jenis ini dikenakan bea masuk sebesar 5 persen hingga 15 persen. Yang kedua, adalah baja paduan. Baja jenis dikenai bea masuk 0 persen. 

"Jadi dia pindah HS, HS itu akan mempengaruhi bea masuk impor. Kalau dia baja karbon tarif impornya sekitar 5 sampai 15%. Tapi kalau baja paduan itu nol (bea masuknya)," sebutnya.

Yang cukup mengejutkan, dengan siasat ini, harga baja impor asal di Indonesia, bisa menjadi lebih murah 18-33 persen. Wah begitu ya ... ***