Ini Biang Kerok Mengapa Indonesia Kebanjiran Baja Impor
RIAU24.COM - Setelah beberapa waktu memilih bungkam, akhirnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membeberkan penyebab Indonesia masih bergantung terhadap baja impor. Seperti diungkapkan oleh Harjanto, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), hal itu dikarenakan Indonesia masih lemah dalam memproduksi baja untuk mesin (engineering). Tak hanya itu, para industri pengguna baja lebih memilih baja impor ketimbang lokal.
Harjanto menjelaskan saat ini industri hulu masih fokus memproduksi baja untuk konstruksi ketimbang untuk mesin. Mau tidak mau baja untuk mesin harus impor. Namun derasnya aliran impor baja di dalam negeri dikhawatirkan bakal mengancam eksistensi industri baja nasional. Perusahaan baja RI disebut bisa mati gara-gara gempuran impor.
Harjanto mencontohkan, untuk membuat kulkas saja, Indonesia masih perlu impor komponen bajanya untuk membuat body kulkas. Hal itu karena industri baja di sektor hulu tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan dalam negeri.
Dirinya menyadari bahwa impor baja menjadi polemik. Namun mau tidak mau itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri pengguna baja, termasuk industri otomotif.
"Kalau di mobil itu kan untuk transimisi itu kan ada bajanya juga. Untuk transimisi kita nggak bisa. Baja untuk suspensi kita nggak bisa juga. Jadi apa segala macam itu kita nggak bisa buat. Apa boleh buat kita terpaksa impor," jelasnya.
"Cetakan itu bahan bakunya semua impor. Kenapa kita kalah industri mold and dies kita dengan yang di China karena China bikin sendiri bahan bakunya. Pabrik kita di dalam negeri selalu dapat bahan baku dari impor," terangnya.
Harjanto mengungkapkan, harga baja impor dinilai kompetitif. Bagi industri hilir, harga baja sangat penting karena mereka harus bersaing dengan produk turunan baja dari China. Produk-produk turunan baja dari negara tersebut kompetitif sehingga untuk bersaing harus bisa menekan harga. Untuk membuat produk yang lebih kompetitif, selain harga juga harus ada jaminan kualitas. Industri hilir memilih baja impor juga untuk menjaga mutu.
Harjanto menilai jika saat ini impor dibatasi, yang ada malah akan mengancam industri hilir. Pasalnya industri tersebut masih cukup bergantung baja impor karena harga dan kualitas lebih baik.
"Impor itu tidak selalu jelek. Impor kan konotasinya selalu negatif. Sekarang kalau kita tutup impor coba, apa yang terjadi? Saya balik tanya, produksi mati semua," kata dia ditemui di Menara Batavia, Jakarta, Rabu, 18 Desember 2019.
Bahayanya ketika impor baja disetop, industri hilir tidak bisa berproduksi maka yang ada Indonesia akan dibanjiri produk hilir baja. Sejauh ini pihaknya pun mengaku tidak mendapatkan laporan adanya industri baja yang tutup karena masuknya baja impor. Namun impor ini memang membuat pemanfaatan tingkat produksi atau utilisasi produksi baja industri dalam negeri menjadi rendah.
R24/DEV